Pemberdayaan masyarakat merupakan bagian dari upaya prevemtif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat khususnya untuk mengatasi gangguan kesehatan/penyakit yang seharusnya dapat dicegah. Salah satu penyakit tersebut adalah diare yang masih menjadi masalah kesehatan dunia termasuk Indonesia. Kurangnya akses air bersih merupakan penyebab utama penyakit diare. Akan tetapi selain faktor kualitas dan kuantitas air, pangan yang terkontaminasi juga menyebabkan diare. Sebagai upaya memastikan keamanan pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat, pemerintah mengembangkan program keamanan pangan berbasis pemberdayaan masyarakat melalui Program Desa Pangan Aman. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti dampak pemberdayaan masyarakat terhadap keberhasilan program keamanan pangan dengan studi kasus penurunan kejadian diare di Desa Pangan Aman. Data utama yang digunakan adalah dari Podes 2018 dan 2019. Dengan menggunakan model mahalanobis-distance Kernel matching (MDM-Kernel) sebagai model utama yang dilengkapi dengan regression adjustment, uji sensitivitas Rosenbaum serta uji robustness yaitu membandingkan hasil model utama dengan Propensity Score Matching (PSM) algoritma Kernel, ditemukan dampak signifikan dari Program Desa Pangan Aman untuk mengurangi kejadian diare sebesar 0,08 poin persentase. Selanjutnya dilakukan simulasi biaya manfaat dari nilai estimasi tersebut dan menunjukkan net benefit yang dihasilkan bernilai positif yaitu sebesar 72,94 miliar rupiah. Nilai benefit cost ratio sebesar 7,63 (>1) bermakna program patut untuk dilanjutkan.
mitigate health problems/diseases that could have been prevented. One of these diseases is diarrhea, which is still a health problem worldwide including Indonesia. Lack of access to clean water is the main cause of diarrhea. However, in addition to water quality and quantity factors, contaminated food also causes diarrhea. In an effort to ensure the safety of food consumed by the community, the government developed a community empowerment-based food safety program through the Safe Food Village Program. This study aims to examine the impact of community empowerment on the success of food safety programs with a case study of the decline in diarrhea incidence in Desa Pangan Aman. The main data used are from Podes 2018 and 2019. By using the Mahalanobis-distance Kernel matching (MDM-Kernel) model as the main model equipped with regression adjustment, Rosenbaum sensitivity test and robustness test, by comparing the results of the main model with the Propensity Score Matching (PSM) Kernel algorithm, a significant impact of the Safe Food Village Program was found to reduce the incidence of diarrhea by 0.08 percentage points. Furthermore, a benefit cost simulation was carried out from the estimated value and showed that the resulting net benefit was positive, amounting to 72.94 billion rupiah. The benefit cost ratio value of 7.63 (>1) means that the program should be continued.