Melalui narasi dan visual, film merupakan alat yang penting dalam merepresentasikan realita kultural. Penelitian ini menganalisa representasi dari identitas kultural diaspora Asia-Amerika di film
Everything Everywhere All at Once (2022). Dengan menggunakan teori identitas kultural oleh Stuart Hall, penelitian ini menganalisis naskah dan sinematografi dari film tersebut secara tekstual untuk mengkaji pembentukan identitas kultural karakter utama, Evelyn Wang, berdasarkan
positioning dan interaksinya dengan keluarganya serta dirinya sendiri. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bagaimana posisi Evelyn yang berada di ruang liminal antara dua budaya membentuk identitas yang unik. Masa lalu Evelyn memberi dampak pada masa kini dan masa depannya dalam bentuk intergenerational trauma yang banyak dipengaruhi identitas kultural yang dimiliki generasi sebelumnya. Selanjutnya, kompleksitas dari proses pembentukan identitas ditunjukkan melalui budaya kolektif dan perbedaan individual yang dimiliki masing-masing karakter.
Using narratives and visuals, films are a powerful tool in representing a cultural reality. This study investigates the representation of the cultural identity of an Asian American in the movie Everything Everywhere All at Once (2022). Using Stuart Hall’s Cultural Identity theory as a theoretical framework, this study textually analyzes the script and cinematography of the film to uncover the main character’s complex identity formation based on her positioning, and relationship with her family and herself. The findings of this research show how her position in a liminal space between two cultures creates a unique identity. Moreover, it is found that her past impacts her present and future in the form of intergenerational trauma that is highly influenced by the former generation’s cultural identity. Lastly, the complexity of identities is highlighted through collective culture and the individual differences of each of the characters.