Penelitian ini memfokuskan pada peran ketegangan sosial dalam terpicunya aksi-aksi kekerasan yang dilakukan oleh pasangan-pasangan di Jepang, khususnya dari suami kepada istri selama era pandemi COVID-19. Semenjak terjadinya pandemi, spesifiknya setelah pemerintah Jepang memberikan deklarasi keadaan darurat pada 7 April 2020, terdapat peningkatan drastis pada data konsultasi KDRT1 antar pasangan di Jepang (GEBCO2). Dengan melakukan studi kasus pada beberapa narasi konsultasi KDRT yang didapat dari situs forum diskusi online dan media sosial, penelitian ini menemukan bahwa ketegangan yang muncul akibat tekanan pandemi COVID-19, telah berkontribusi dalam mendorong pelaku KDRT untuk melakukan kekerasan. Berdasarkan sisi sentralitas ketegangan dari teori ketegangan umum Agnew, ketegangan yang berpotensi mengarahkan seseorang untuk melakukan kejahatan merupakan ketegangan yang mengancam tujuan, kebutuhan, aktivitas, nilai dan/atau identitas seseorang tersebut. Analisis yang telah dilakukan menunjukkan relevansi pandemi COVID-19 sebagai ketegangan utama, dengan regulasi seperti himbauan jishuku sebagai ketegangan objektif, dikombinasi dengan ketegangan subjektif yang ada pada tiap individu dalam masyarakat, telah menciptakan ketegangan sosial. Temuan dari penelitian ini menunjukkan ketika ketegangan ini berhasil mengancam tujuan (seperti dalam mengatur finansial keluarga), kebutuhan (seperti kebutuhan ekonomi), aktivitas (seperti bekerja layak biasanya), nilai (seperti nilai atau pandangan personal dalam hubungan keluarga) dan/atau identitas (seperti suami yang teishukanpaku) sang suami, pada titik tertentu, suami menjadi terpicu untuk melakukan kekerasan pada istrinya, dan kasus KDRT pun terjadi.
This study focuses on the role of social strain in triggering acts of violence that are occurring among partners in Japan, particularly from husbands to wives, during the COVID-19 pandemic era. Since the start of the pandemic, particularly after the Japanese government declared a state of emergency on April 7, 2020, there has been a drastic rise in DV consultation data between partners in Japan (GEBCO). By doing a case study on some of DV consultation narratives obtained from online discussion forum sites and social media, this study found that strain created by the pressures of the COVID-19 pandemic has contributed to prompting DV perpetrators to commit violent acts. According to the centrality of strain in Agnew’s general strain theory, strain that has the potential to lead someone to commit a crime is the strain that threatens the goals, needs, activities, values and/or identity of that individual. Analysis that has been conducted shows a relevance wherein the COVID-19 pandemic, as the primary strain, and regulation like jishuku as the objective strain, combined with subjective strains that’s already on each individual in society, eventually create social strain. Findings from this study shows that when these strains succeed in threatening the husband’s goals (such as take control of family’s financial), needs (such as economic requirements), activities (such as working as usual), values (such as personal values or perspectives on family relationships) and/or identity (like the husband’s identity as a teishukanpaku), at some point, the husband becomes triggered to commit acts of violence against his wife, resulting in a DV case.