Latar belakang. Refluks gastroesofagus (RGE) dengan gejala klinis regurgitasi
merupakan manifestasi gastrointestinal yang sering dijumpai pada bayi. Penelitian
menunjukkan bahwa prevalens regurgitasi menurun setelah usia 6 bulan sedangkan gejala
klinis penyakit refluks gastroesofagus (PRGE) didapatkan pada anak di atas 1 tahun yang
memiliki riwayat regurgitasi sering pada usia di atas 6 bulan. Infant gastroesophageal
reflux questionnaire (I-GERQ) merupakan sarana diagnosis PRGE yang tidak invasif dan
memiliki nilai prediktif positif yang baik.
Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui insidens PRGE, karakteristik bayi
yang mengalami regurgitasi, skor I-GERQ dan gejala yang berkaitan dengan PRGE,
faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan gejala regurgitasi yang menetap hingga akhir
pemantauan, dampak regurgitasi terhadap peningkatan berat badan dan pola makan
Metode. Penelitian longitudinal prospektif pada subjek dengan regurgitasi minimal
1x/hari setidak-tidaknya 4x/minggu. Kriteria eksklusi adalah bayi atopi, mengi berulang,
dicurigai alergi susu sapi, kelainan neurologis, terdiagnosis tuberkulosis, riwayat operasi
saluran cerna sebelumnya, pernah mencapat terapi antogonis reseptor H2 atau
penghambat pompa proton. Subjek sesuai PRGE jika skor I-GERQ >7, dan dirujuk ke
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Pemantauan dilakukan setiap bulan pada subjek
dengan I-GERQ ≤ 7, dengan menilai skor I-GERQ dan pengukuran antropometris.
Hasil. Sebanyak 131 dari 352 subjek yang memenuhi kriteria penelitian. Subjek sebagian
besar berusia 6 bulan (51,1%), status antropometris sesuai (85,5%), dan mendapat asupan
dengan median frekuensi 14 (5-15) x/hari. Median skor I-GERQ saat awal pemantauan
adalah 4 (3-7). Sebanyak 81,9% subjek mencapai skor I-GERQ nol saat akhir
pemantauan. PRGE didapatkan pada 1 subjek saat pemantauan pertama dengan gejala
berat badan sulit naik, regurgitasi 3-5x/hari, volume regurgitasi >15 mL. Variabel
pemberian ASI eksklusif, paparan rokok, keluarga dengan alergi, keluarga dengan RGE,
dan terapi non-farmakologis tidak berkaitan dengan gejala regurgitasi yang menetap
hingga akhir pemantauan. Gejala regurgitasi hingga akhir pemantauan didapatkan pada
13,7% subjek yang mengikuti saran terapi non-farmakologis dibandingkan dengan 86,4%
yang tidak mendapat dan tidak mengikuti edukasi (p = 0,14). Perbedaan rerata z-score
berat badan berdasarkan usia pada subjek yang masih mengalami gejala regurgitasi
hingga akhir pemantauan adalah -0,006 ± 0,357 (IK 95% -0,164; 0,152), p = 0,939.
Kesulitan makan didapatkan pada 19 subjek dan 17 diantaranya tidak lagi mengalami
regurgitasi saat akhir pemantauan.
Simpulan. Insidens PRGE adalah 0,7%. Sebagian besar subjek mencapai skor I-GERQ
saat akhir pemantauan. Terapi non-farmakologis walaupun tidak bermakna secara
statistik dengan gejala regurgitasi yang menetap hingga akhir pemantauan namun
didapatkan perbedaan proporsi. Gangguan peningkatan berat badan dan kesulitan makan
tidak berhubungan dengan gejala regurgitasi yang menetap hingga akhir pemantauan.
Kata kunci: bayi, refluks gastroesofagus, penyakit refluks gastroeosfagus, infant
gastroesophageal reflux questionnaire
Background. Regurgitation as symptom of gastroesophageal reflux (GER) is a commongastrointestinal manifestation in infant. Publications showed that regurgitation willdecrease after 6 month old; whereas symptoms of gastroesophageal reflux disease(GERD) is more prevalent in children with history of frequent regurgitation after 6 monthold. Infant gastroesophageal reflux questionnaire (I-GERQ) is a non-invasive diagnostictool for GERD with high positive predictive value.Aim. To investigate the incidence of GERD, characteristics of infants with regurgitation,I-GERQ score and manifestation of GERD, risk factors that related with regurgitationsymptom that persists at the end of follow-up, correlation of regurgitation with weightgain and feeding problems.Method. A Longitudinal prospective study in subjects with regurgitation at least 1time/day; 4 times/week. We excluded infants with atopy, recurrent wheezing, probablecow milk allergy, diagnosed as tuberculosis, neurologic disorder, history ofgastrointestinal surgery, history of H2 receptor antagonist or proton pump inhibitortreatment. I-GERQ score and anthropometric status were measured at enrollment.Subjects with GERD (I-GERQ >7) were referred to Cipto Mangunkusumo Hospital.Follow-up of I-GERQ, body weight, and body length in every month were performed insubjects with I-GERQ ≤7.Results. 131 of 352 subjects fulfilled the criteria. Subject mostly were 6 month old(51.1%), normal anthropometric status (85.5%), and have frequent intake with median 14(5 – 15) times/day. Median of I-GERQ at enrollment were 4 (3 – 7), and at the end offollow-up 81.9% subjects reached I-GERQ score 0. GERD were found in 1 subject at firstmonth follow-up with poor weight gain, regurgitation 3-5 times/day, regurgitation>15mL. Exclusively breastfeeding, smoke exposure, family history of allergy and GER, andnon-pharmacotherapy were not related with regurgitation that persists until 3 monthsfollow-up. Regurgitation at the end of follow-up were found in 13.7% subjects whocomplied with non-pharmacotherapy; compared to 86.4% who have not complied nor hadeducated (p = 0.14). Mean difference of weight for age z-score in subjects withregurgitation at the end of follow-up were -0.006 ± 0.357 (95%CI -0.164; 0.152), p =0.939. Feeding problems were found in 19 subjects while 17 of them no longer haveregurgitation symptom at the end of follow-upConclusion. Incidence of GERD is 0.7%. Most of subjects reached I-GERQ 0 at the endof follow up. Non-pharmacotherapy showed no statistically significant with regurgitationsymptom at the end of follow up, but we found proportion difference. Weight gain andfeeding problems are not related with regurgitation symptom that persists at the end offollow up