Tesis ini dibatasi pada kasus dengan terpidana Hesham Al Warraq yang disidangkan secara in
absensia dengan lingkup pembahasan pada analisis mengenai praktek ekstradisi terhadap
terpidana tersebut dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, untuk menjawab permasalahan
penelitian bahwa ektradisi terhadap terpidana kasus korupsi dan pencucian uang yang
disidangkan secara in absensia sulit dilakukan karena terdapatnya faktor kepentingan
nasional, faktor ketersediaan perjanjian ekstradisi, faktor alasan mutlak dan fakultatif
penolakan ekstradisi. Merujuk dari temuan penelitian diketahui beberapa hal. Pertama,
praktek ekstradisi terhadap terpidana kasus korupsi dan pencucian uang Hesham Al Warraq
yang disidangkan secara in absensia, jika hanya mengandalkan Model Treaty on Extradition
sebagai hukum kebiasaan internasional ekstradisi akan menyebabkan peluang dikabulkannya
permohonan permintaan ekstadisi dari Indonesia sebagai negara peminta oleh Arab Saudi
sebagai negara diminta menjadi sangat tipis kemungkinannya. Hal ini mengingat dalam
Model Treaty on Extradition tersebut terdapat ketentuan yang secara tegas mengatur bahwa
peradilan secara in absensia merupakan alasan yang bersifat mutlak untuk menolak ektradisi,
selain ketentuan mengenai warga negara yang bersifat fakultatif. Kedua, Resolusi PBB
Nomor 55/25 tanggal 15 Nopember 2000 tentang United Nation Convention against
Transnational Organized Crime (UNTOC) dan Resolusi PBB Nomor 58/4 tanggal 31
Oktober 2003 tentang United Nation Convention against Corruption (UNCAC) telah tepat
dijadikan landasan hukum pada praktek ektradisi ini, di tengah kekosongan perjanjian
ektradisi kedua negara, karena tindak pidana korupsi dan pencucian uang yang dilakukan
Hesham Al Warraq merupakan tindak pidana yang pelakunya wajib diektradisikan oleh
negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa. Ketiga, praktek ektradisi terhadap kasus
korupsi dan pencucian uang Hesham Al Warraq yang disidangkan secara in absensia menjadi
sulit untuk dilaksanakan akibat adanya faktor kepentingan nasional, ketersediaan perjanjian
ektradisi, alasan yang bersifat mutlak berupa peradilan in absensia dan alasan yang bersifat
fakultatif berupa kewarganegaraan orang yang diminta untuk menolak ektradisi yang masingmasing
memiliki keterkaitan satu sama lain. Rekomendasi dari penelitian ini adalah (1)
ektradisi lebih berorientasi pada landasan hukum berupa UNTOC dan UNCAC; (2)
mempersiapkan permintaan agar terpidana dapat menjalani hukuman di negara diminta sesuai
Artikel 16 butir 12 UNTOC dan Artikel 44 butir 13 UNCAC; (3) meningkatkan frekuensi
diplomasi untuk mewujudkan perjanjian ektradisi bilateral.
The thesis focuses on the case of Hesham Al Warraq, a convict tried in an absentia trial ofcorruption and money laundering. The study is limited to the analysis of the extraditionprocess and factors influencing such process in order to answer the problem stating that anextradition process of a convicted of corruption and money laundering cases who is tried inabsentia trial is difficult to execute due to some factors, such as: the existing nationalinterests, the availability of extradition treaties, the absolute reasons and the facultativerejection of extradition. The results of the research reveals that: first, it is almost neversuccessful to execute an extradition if the requesting country only relies on the Model Treatyon Extradition as the customary law of international extradition due to the fact that the ModelTreaty on Extradition clearly states that an absentia trial is an absolutely reason to reject anextradition request in addition to facultative stipulations on citizenship; second, it isappropriate to employ the UN Resolution No. 55/25 dated November 15, 2000 on the UnitedNations Convention against Transnational Organized Crime (UNTOC) and the UNResolution No. 58/4 dated October 31, 2003 on the United Nations Convention againstCorruption (UNCAC) as the legal basis on the extradition because the two countries do nothave an extradition treaty yet; and third, the extradition process of Hesham Al Warraq as theconvict of corruption and money laundering case cannot easily be executed because of somereasons as mention above. The author recommends (1) to execute an extradition that isoriented on legal bases such UNTOC and UNCAC; (2) to prepare a request so that theconvict can serve his or her sentence in the requested country as stated in Article 16 Clause12 of UNTOC and Article 44 Clause 13 of UNCAC; and (3) to improve diplomaticrelationships in order to realize a bilateral extradition treaty.