Diare adalah kondisi buang air besar yang encer atau berair, yang terjadi setidaknya 3 kali dalam 24 jam. Diare masih menjadi penyebab kematian utama balita di dunia. Berdasarkan data SDKI 2017, kejadian diare paling tinggi tejadi pada anak usia 6- 23 bulan, di mana kebutuhan energi dan zat gizi anak meningkat selama periode ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor praktik pemberian makan anak, faktor higiene sanitasi, faktor pemanfaatan layanan kesehatan, dan faktor sosiodemografi terhadap kejadian diare pada anak 6-23 bulan. Penelitian dengan metode cross sectional ini menganalisis data sekunder dari 4.030 anak 6-23 bulan pada SDKI tahun 2017. Analisis dengan uji chi-square dan regresi logistik ganda dengan confidence interval 95% dilakukan untuk mengetahui faktor yang memiliki hubungan bermakna dengan kejadian diare. Prevalensi kejadian diare pada anak 6-23 bulan di Indonesia tahun 2017 adalah 19,8%. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa melanjutkan pemberian ASI, penggunaan botol dot, fasilitas jamban, sumber air minum, usia ibu, status ekonomi, dan daerah tempat tinggal memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian diare. Pada analisis multivariat, variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan diare adalah penggunaan botol dot, fasilitas jamban, usia ibu, dan pendidikan ibu. Fasilitas jamban merupakan faktor dominan yang memiliki hubungan bermakna dengan kejadian diare (OR=1,500, 95% CI 1,262-1,784), di mana anak dengan fasilitas jamban tidak layak berisiko 1,5 kali lebih tinggi untuk mengalami diare dibandingkan anak dengan fasilitas jamban layak. Menggunakan jamban sehat, mencuci peralatan makan anak dengan benar terutama jika menggunakan botol dot, dan melakukan praktik pemberian makan anak sesuai rekomendasi WHO perlu dilakukan untuk mencegah diare dan menjaga kesehatan anak pada usia 6-23 bulan.
Diarrhea is the passage of loose or watery stools, usually at least three times in 24- hour period. Diarrhea still becomes the leading cause of death in children under five worldwide. Data from Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) 2017 shows that the highest prevalence of diarrhea is found in children aged 6-23 months, where the energy and nutrient needs increase during this period. This research aims to analyze the association between child feeding practice factors, sanitation and hygiene factors, healthcare utilization factors, and sociodemographic factors with the occurrence of diarrhea in children aged 6-23 months. This cross-sectional study included secondary data from 4,030 children aged 6-23 months in IDHS 2017. Chisquare test and multiple logistic regression with 95% confidence interval were applied to analyze factors significantly associated with diarrhea. The prevalence of diarrhea in children aged 6-23 months in Indonesia year 2017 was 19.8%. Bivariate analysis shows that continued breastfeeding, bottle feeding, toilet facility, source of drinking water, maternal age, economic status, and place of residence were significantly associated with diarrhea. In multivariate analysis, variables found to have significant association with diarrhea were bottle feeding, toilet facility, maternal age, and maternal education. Toilet facility was the dominant factor associated with diarrhea (OR=1,500, 95% CI 1,262-1,784), where the children with unimproved toilet facilities were 1.5 times more likely to have diarrhea compared to children with improved toilet facilities. Using healthy latrines, washing children’s eating utensils especially the baby bottle properly, and applying WHO recommendations in child feeding practices, are necessary to prevent diarrhea and maintain children’s health at the age of 6-23 months.