Layaknya organisme yang hidup, kota akan terus berubah. Tiap sudut kota menjadi saksi atas rekam jejak perubahan tersebut. Dalam konteks ini, ruang publik di kota berperan ganda: sebagai repositori sekaligus tempat diproduksinya memori kolektif. Tempat dimana masa lalu dan masa kini mematerialisasikan dirinya dalam satu waktu. Tulisan ini akan menelusuri jejak memori kolektif di ruang publik kota yang lebih lanjut membentuk identitas ruang tersebut di mata publik. Objek studinya ialah Taman Ismail Marzuki, ruang publik yang kaya akan nilai histori. Penelusuran dilakukan dengan metode etnografi, melibatkan wawancara kualitatif dan observasi mendalam dengan kajian berdasarkan narasi formal sejarah sebagai pembandingnya. Hasilnya, didapatkan rangkaian identitas TIM yang variatif pada tiap periodenya, dengan potongan memori kolektif masa lampau yang turut tersisip di wujud terbarunya. Residu dari memori kolektif ini beragam wujudnya, muncul dalam bentuk program ruang, nama bangunan, mural, hingga motivasi komunitas seni untuk berlatih di TIM.
A city is similar to a living organism, constantly changing. Every corner of the city becomes a witness to these transformations. In this context, the city's public spaces serve a dual role: as repositories and as sites where collective memory is produced. They are the places where the past and present materialize simultaneously. This article will explore the traces of collective memory in public spaces, which will further shape the identity of these spaces in the eyes of the public domain. The study will focus on Taman Ismail Marzuki (TIM), a public space that is rich in historical value. The exploration is conducted through ethnographic methods, involving qualitative interviews and in-depth observations, with a comparative analysis based on formal historical narratives. The findings reveal a diverse range of TIM's identities in each period, with fragments of collective memory from the past embedded in its current form. The residues of this collective memory take various forms, appearing as spatial programs, building names, murals, and even motivating artistic communities to practice at TIM.