Kasus infertilitas dapat menimbulkan kerugian baik materil maupun moril. Studi pustaka menunjukkan bahwa kontribusi laki-laki dan perempuan terhadap masalah infertilitas sebanding. Tetapi umumnya perempuan menanggung konsekuensi sosial yang lebih tinggi dari laki-laki sebagai dampak dari kasus infertilitas tersebut. Fakta ini menggambarkan bahwa hak-hak reproduksi perempuan masih diabaikan. Sementara di sisi lain juga diketahui bahwa infertilitas sebenarnya merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi yang dapat ditekan angka kejadiannya. Untuk itu diagnosa dan pencegahan infertilitas perlu untuk dilakukan.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat variable-variabel yang diduga mempunyai hubungan dengan peristiwa infertilitas. Pola pikir analisa yang dipakai mengikuti ide Davis dan Blake (1956) pada analisa fertilitas tetapi dalam hal ini digunakan untuk sudut pandang sebaliknya yaitu infertilitas. Terdapat empat variabel antara infertilitas yaitu keguguran / lahir mati, pemakaian kontrasepsi pra konsepsi, frekuensi senggama dan pengeluaran makanan. Sedangkan variabel latar belakang yang diperkirakan mempunyai hubungan tidak langsung dengan peristiwa infertilitas antara lain status wilayah tempat tinggal, status kerja, pendidikan dan umur kawin pertama.
Data yang dipakai pada penelitian ini merupakan data sekunder. Metoda analisa statistik yang dipakai adalah metoda log linear. Metoda ini dipandang lebih mempunyai fleksibilitas karena dengan metoda ini pola hubungan antara variabel penjelas dengan variabel respon maupun pola hubungan antar variabel penjelas menjadi dapat dilihat secara keseluruhan.
Dari 5539 wanita yang tercakup dalam sampel penelitian sekitar 2,15 persen di antaranya mengalami kasus infertilitas. Peristiwa keguguran / lahir coati berhubungan negatif dengan peristiwa infertilitas. Hal ini dikarenakan sekitar 88,24 persen dari kasus infertilitas merupakan kasus 'primary infertility' dan di sisi lain sebagian besar (98,40%) dari wanita yang pernah mengalami peristiwa keguguran / lahir mati ternyata merupakan wanita fertil. Frekuensi senggama yang tinggi berhubungan positif dengan peristiwa infertilitas. Resiko infertilitas wanita yang melakukan senggama lebih dari delapan kali per bulan adalah sekitar 5,25 kali dari resiko infertilitas wanita yang melakukan senggama tidak lebih dari satu kali per bulan.
Di antara variabel antara infertilitas, pemakaian kontrasepsi pra konsepsi merupakan variabel yang mempunyai hubungan paling kuat dengan peristiwa infertilitas. Resiko infertilitas wanita-yang pernah memakai kontrasepsi pra konsepsi adalah sekitar 8,45 kali lipat dari resiko infertilitas wanita yang tidak pernah memakai kontrasepsi pra konsepsi. Pengeluaran makanan berhubungan positif dengan infertilitas. wanita yang pengeluaran makanan per orang per bulan lebih dari 51.500 rupiah memiliki resiko infertilitas hampir empat kali resiko infertilitas wanita yang pengeluaran makanan per orang per bulan kurang dari 25500 rupiah. Tinggal di wilayah perkotaan maupun tinggal di wilayah perdesaan tidak terlalu berhubungan dengan infertilitas. Demikian pula status kerja seorang wanita juga tidak terlalu berhubungan dengan infertilitas.
Infertilitas di kalangan wanita berpendidikan tinggi didukung oleh adanya fakta wanita berpendidikan tinggi memiliki kecenderungan tinggi untuk tidak mengalami peristiwa keguguran / lahir mati. Sedangkan infertilitas di kalangan wanita berpendidikan rendah didukung oleh adanya fakta wanita berpendidikan rendah memiliki kecenderungan tinggi dalam hal pengeluaran makanan, frekuensi senggama dan pemakaian kontrasepsi pra konsepsi. Umur kawin pertama tidak berhubungan dengan infertilitas karena secara statistik hubungan umur kawin pertama dengan variabel antara infertilitas juga tidak nyata.