Perencanaan Kota telah melihat pergeseran paradigmatik menuju desain yang lebih melekat secara lokal dan menekankan identitas. Dalam pergeseran tersebut, beberapa hal esensial
yang mengandung jati diri perlu dijaga agar transformasi kota mengarah pada citra yang baik.
Untuk memperkuat citra dan identitas kota, perencanaan membutuhkan memori perkotaan
(urban memory). Memori perkotaan diperlukan agar kota berkembang dalam perencanaan
yang tepat dengan tidak meninggalkan jati dirinya. Kota dengan ruang urban di dalamnya
memiliki hubungan yang mendalam dengan orang-orang yang tinggal di dalamnya, serta
dengan pengalaman dan kenangan yang sebenarnya. Dalam kaitannya dengan perencanaan
kota, ruang membutuhkan memori dan pengalaman untuk berkembang menjadi suatu tempat.
Dalam hal ini, Muntilan adalah kota kecil yang menghubungkan Yogyakarta dan Semarang,
sebagai ibu kota provinsi. Kota ini menjadi istimewa karena Muntilan memiliki ingatan yang
kuat tentang sejarah perkembangan kota tersebut. Muntilan melestarikan aspek lokalitas,
seperti kondisi alamnya, warisan masyarakat Jawa asli, dan keragaman agama (dengan nilai
dan dogmanya). Karena kekhususannya tersebut, tesis ini akan mengidentifikasi memori
perkotaan di Muntilan dengan mengumpulkan peta kognitif yang dibuat oleh warga untuk
merepresentasikan ingatan mereka tentang kota mereka, untuk dijadikan panduan dalam
konseptual perancangan kota. Sebuah peta kognitif diusulkan sebagai metode alternatif
perencanaan dengan partisipasi masyarakat lokal untuk menentukan memori esensial yang
diungkapkan oleh masyarakat di kota. Berdasarkan analisis peta kognitif responden, penulis
merekomendasikan konseptual perencanaan Kota Muntilan, terutama bagi mereka yang
menganggap memori sebagai pembentuk identitas kota.
Urban Planning has seen paradigmatic shifts towards more locally embedded design andemphasizes identity. In the shift, some essential things, which contain identity, should bemaintained, so that the urban transformation leads to a good image. In order to strengthen theimage and identity of the city, planning requires urban memories. Urban memories arenecessary for the cities to develop in proper planning by not leaving their true identity. A city,with urban spaces in it, has an in-depth relationship with people who inhabit within, and alsowith the actual experiences and memories. In its relation to urban planning, space requiresmemory and experience to develop into a place. In this case, Muntilan is a small cityconnecting Yogyakarta and Semarang, as the capital of each province. This city becomesspecial since Muntilan has a strong memory regarding the historical development of the city.Muntilan preserves locality aspects, such as its natural condition, the heritages of nativeJavanese society, and the diversity of religions (with their values and dogmas). Due to itsspecialty, this thesis will identify urban memory in Muntilan by collecting of cognitive mapsmade by citizens to represent their memories about their city. A cognitive map is proposed asan alternative method of planning with local communities participatory to determine theessential memory expressed by people in the city. Based on the analysis of respondents'cognitive maps, author have recommended the conceptual urban design of Muntilan,especially for those who consider urban memory as forming Muntilan's identity.