Latar Belakang: C. albicans rongga mulut adalah flora normal yang dapat berubah
menjadi patogen sehingga menyebabkan kandidiasis oral. Ekstrak etanol temulawak
dengan kandungan utama xanthorrhizol dilaporkan dapat menginhibisi dan
mengeradikasi biofilm C. albicans pada konsentrasi 15%, serta menurunkan aktifitas
enzim fosfolipase dan proteinase C. albicans. Selanjutnya, ekstrak etanol temulawak
diformulasikan dan dikembangkan menjadi bentuk sediaan obat tetes mikroemulsi.
Dalam pengembangan bentuk sediaan obat, maka diperlukan penetapan formulasi dan
uji stabilitas biologis, fisik, dan kimia. Tujuan: Menetapkan formulasi dan
mengevaluasi stabilitas fisik dan kimia obat tetes mikroemulsi ekstrak etanol
temulawak Metode: Ekstrak etanol temulawak 15% diformulasikan menjadi sediaan
obat tetes mikroemulsi. Kemudian stabilitas fisik dan kimia dievaluasi 2-4 minggu
pada 3 suhu penyimpanan yang berbeda yaitu 4±2oC; 28±2oC; dan 40±2oC. Selanjutnya
stabilitas fisik berupa organoleptis, homogenitas, pH, viskositas, dan tipe aliran
dievaluasi. Pada stabilitas kimia dievaluasi perubahan kadar xanthorrhizol setelah 2
dan 4 minggu, menggunakan metode GC-MS. Hasil: Formulasi obat tetes mikroemulsi
mengandung ekstrak etanol temulawak 15% memiliki organoleptik; larutan kuning
kecoklatan, rasa pahit, dan berbau khas jamu, homogenitas; terjadi pemisahan antara
komponen minyak dan air, pH berkisar 6,3-6,9, dan tipe alir pseudoplastis pada 2-4
minggu dengan 3 suhu penyimpanan. Viskositas menurun seiring dengan peningkatan
suhu penyimpanan. Kadar xanthorrhizol menurun setelah 2-4 minggu pada ketiga suhu
penyimpanan. Kesimpulan: Adanya pemisahan komponen minyak dan air serta
penurunan kadar zat aktif dalam kurun 2-4 minggu mendasari kesimpulan bahwa
formulasi obat tetes ekstrak etanol temulawak 15% tidak stabil secara fisik dan kimia
setelah disimpan selama 2 dan 4 minggu sehingga masih diperlukan reformulasi.
Introduction: C. albicans is a normal flora in oral cavity that can be pathogenic thatcausing oral candidiasis. Curcuma xanthorrhiza ethanoic extract has a maincomponent, xanthorrhizol that was reported to be able to inhibit and eradicate C.albicans biofilms at a 15% concentration and reduce the activity of phospholipase andproteinase enzymes of C. albicans. Furthermore, curcuma xanthorrhiza ethanoic extractis formulated and developed into microemulsion oromucosal drops. In the developmentof the drug, it is necessary to determine the formulation and test the stability inbiological, physical, and chemical. Objective: Determining the formulation andevaluating the physical and chemical stability of microemulsion oromucosal dropscontaining 15% curcuma xanthorrhiza ethanoic extract. Methods: Curcumaxanthorrhiza ethanoic extract is formulated into microemulsion oromucosal dropscontaining 15% curcuma xanthorrhiza ethanoic extract. Then, the physical andchemical stability are evaluated for 2-4 weeks in 3 different temperature, that is 4 ±2oC; 28 ± 2oC; and 40 ± 2oC. Furthermore, the physical stability in the form oforganoleptic, homogeneity, pH, viscosity, and flowing type are evaluated. Chemicalstability is evaluated the xanthorrhizol level using the GC-MS method. Results:Microemulsio oromucosal drops containing 15% curcuma xanthorrhiza ethanoicextract have organoleptic; brownish-yellow solution, bitter taste, and smells like herb,homogeneity; there is a separation between the oil and water phase, pH ranges from6,3-6,9, and flowing type are pseudoplastic. The viscosity value decreases with theincreasing of storage temperature. Xanthorrhizol level are decreasing after 2-4 weeksof storage in the 3 different temperature. Conclusion: The separation between the oiland water phase and degradation of xanthorrhizol level after stored 2-4 weeks are theunderlying conclusion that formulation of oromucosal drops containing curcumaxanthorrhiza ethanoic extract are not stabile in physical and chemical after stored for 2and 4 weeks so that the drugs need to be reformulated.