Agramatisme pada pasien afasia salah satunya ditandai dengan gejala gangguan produksi
verba dalam tuturan spontan (Goodglass, 1976 dalam Centeno dan Obler, 2001). Klaim
tersebut kemudian dikembangkan dalam penelitian berbagai bahasa termasuk yang
dilakukan oleh Rossi & Bastiaanse (2008) dalam bahasa Italia. Rossi & Bastiaanse (2008)
menyatakan bahwa gejala gangguan produksi verba ditemukan pada penutur bahasa Italia
dengan sindrom afasia. Lebih lanjut hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa temuantemuannya
mendukung hipotesis Argument Structure Complexity Hypothesis (ASCH)
(Thompson, 2003) dan pengkodean gramatikal dalam model Levelt (1989). Hipotesis
tersebut menyatakan bahwa pada penutur bahasa dengan sindrom afasia cenderung
menggunakan struktur argumen yang sederhana. Sementara itu, terkait model Levelt
(1989), hasil penelitian menunjukkan bahwa pada penutur dengan sindrom afasia terdapat
masalah produksi tuturan pada tahap pengkodean gramatikal, yaitu bentuk-bentuk
pengimbuhan verba serta kaitannya dengan struktur sintaksis. Dengan latar belakang
tersebut, penelitian ini dirancang untuk mendapatkan karakteristik struktur verba pada
tuturan spontan penutur bahasa Indonesia dengan sindrom afasia Broca serta kaitannya
dengan Argument Structure Complexity Hypothesis (ASCH) (Thompson, 2003) dan
pengkodean gramatikal seperti yang telah dilakukan untuk bahasa Italia (Rossi &
Bastiaanse, 2008). Dalam penelitian ini terdapat lima pertanyaan utama terkait tipe verba
dan token verba, verba dasar dan verba berafiks, keterkaitan verba dan fungsi sintaktis,
keterkaitan verba dan fungsi semantis, serta kontribusi temuan terhadap hipotesis ASCH
dan pengkodean gramatikal. Penelitian ini melibatkan delapan partisipan yang terdiri dari
empat partisipan dengan sindrom afasia Broca dan empat partisipan normal sebagai
kelompok kontrol. Penelitian ini menggunakan metode campuran dengan urutan eksploratori (exploratory sequential mixed methods) (Creswell, 2013). Metode ini
melibatkan pemaparan secara kualitatif dan disusul dengan data-data kuantitatif. Adapun
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lima buah gambar yang
mengadaptasi Cookie Theft serta 3 buah instruksi untuk bercerita tentang kegiatan seharihari.
Cookie Theft merupakan instrumen gambar yang digunakan dalam tes afasia di
berbagai bahasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada partisipan dengan sindrom
afasia Broca, produksi tipe verba dan token verba cenderung lebih rendah dibanding pada
partisipan kontrol. Untuk kasus verba dasar dan verba berafiks, partisipan afasia
cenderung mengalami masalah gramatikal pada penggunaan verba berafiks. Begitu pula
dengan fungsi sintaktis dan semantis, partisipan afasia cenderung menggunakan verba
dalam struktur sintaktis dan semantis yang lebih sederhana dibandingkan partisipan
normal. Dengan temuan-temuan tersebut, hasil penelitian ini mendukung hipotesis ASCH
tentang penyederhanaan argumen (Thompson, 2003) serta kecenderungan adanya
masalah pengkodean gramatikal seperti pada temuan Rossi dan Bastiaanse (2008).
Agrammatism in aphasic patients is characterized by the symptom of impaired verbsproduction in spontaneous speech (Goodglass, 1976 in Centeno and Obler, 2001). Theclaim was later developed in a multilingual study including that of Rossi and Bastiaanse(2008) in Italian. Rossi and Bastiaanse (2008) stated that symptoms of impaired verbsproduction were found in Italian speakers with aphasia syndrome. Furthermore, the resultshows that the findings support the Argument Structure Complexity Hypothesis (ASCH)(Thompson, 2003) and grammatical encoding in Levelt’s model (1989). The hypothesisstates that aphasic speakers tend to use simple argument structures. Meanwhile, relatedto Levelt’s model (1989), the result shows that aphasic speakers tend to have problems inspeech production, especially in grammatical encoding level; verb inflection and itsrelation to syntactic structure. In respect of that, the present study is designed to obtainthe characteristics of verbs use in the spontaneous speech of Indonesian speakers withBroca's aphasia syndrome as well as its relation to the Argument Structure ComplexityHypothesis (ASCH) (Thompson, 2003) and grammatical encoding as conducted forItalian (Rossi & Bastiaanse, 2008). In this study, there are five main questions related toverb types and verb tokens, basic verbs and verbs with affixes, relation of verbs andsyntactic functions, relation of verbs and semantic functions, and the contribution offindings to the ASCH hypothesis and grammatical encoding. This study involves eightparticipants consisting of four participants with Broca's aphasia syndrome and fournormal participants as a control group. This study uses exploratory sequential mixedmethods (Creswell, 2013). This method involves explanation qualitatively and followedby quantitative data. The instruments used in this study are five pictures adapting CookieTheft and 3 instructions to tell stories about daily activities. Cookie Theft is a picture instrument used in aphasia test in many languages. The result shows that in participantswith Broca's aphasia syndrome, the production of verb types and verb tokens tends to belower than in control participants. For the case of basic verbs and verbs with affixes,participants with aphasia tend to experience grammatical problems with the use of verbswith affixes. Similarly, in term of syntactic and semantic functions, it is found that aphasicparticipant tend to use verbs in simpler syntactic and semantic structure compared to thenormal ones. Based on the aforementioned findings, the result of this study supports theASCH hypothesis regarding simplifications of the argument (Thompson, 2003) and thetendency for grammatical encoding problems as in the findings by Rossi and Bastiaanse(2008).