Pengalihan fungsi pengawasan konglomerasi keuangan heterogen di Indonesia
kepada Pengawas Entitas Utama menyebabkan beban kerja pengawas meningkat
dan terdapat risiko lambatnya pendeteksian pengawas terhadap eksposur risiko
signifikan pada konglomerasi keuangan karena Pengawas Entitas Utama harus
melaksanakan 2 (dua) fungsi pengawasan dalam waktu yang terbatas, yaitu
pengawasan individual dan pengawasan konglomerasi keuangan. Keterbatasan dan
risiko yang dihadapi pengawas dapat dimitigasi dengan menerapkan perencanaan
pengawasan yang mengadopsi konsep audit berbasis risiko. Oleh karena itu,
penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus ini dilaksanakan untuk
merancang key risk factors dalam perencanaan pengawasan konglomerasi
keuangan guna merekomendasikan prioritas pengawasan konglomerasi keuangan.
Teknik aplikasi manajemen risiko yang digunakan untuk merancang key risk
factors pada penelitian ini antara lain benchmark dengan kriteria konglomerasi
dalam cakupan 3 (tiga) otoritas pengawasan lain, proses validasi atas dokumen Risk
& Control Self-Assessment (RCSA) dari konglomerasi keuangan, dan penentuan
key risk indicator. Berdasarkan penilaian tersebut, maka direkomendasikan 3 (tiga)
kategori key risk factors, yaitu kompleksitas usaha berdasarkan diversifikasi bisnis
dan struktur konglomerasi keuangan, signifikansi lembaga jasa keuangan anggota
konglomerasi keuangan terhadap industri, dan tingkat kondisi konglomerasi
keuangan yang merupakan hasil komposit dari penilaian tata kelola, manajemen
risiko, permodalan dan profil risiko konglomerasi keuangan. Penerapan key risk
factors baru terhadap audit universe berupa 46 konglomerasi keuangan heterogen
menghasilkan 3 (tiga) kelompok prioritas pengawasan, yaitu prioritas utama
sebanyak 16 konglomerasi keuangan heterogen, prioritas kedua sebanyak 14
konglomerasi keuangan heterogen, dan prioritas ketiga yang kurang mendesak
sebanyak 16 konglomerasi keuangan heterogen. Penetapan prioritas tersebut
diharapkan dapat membantu pengawas agar kegiatan pengawasan dilaksanakan
secara optimal sesuai dengan eksposur risiko suatu konglomerasi keuangan
The reorganisation of heterogenous financial conglomerates supervision functionto lead entity supervisor affected the supervisor’s workload and increase the riskof delayed on detection of significant risk exposure possessed by financialconglomerates (FC) due to additional responsibility to lead entity supervisor inlimited period to perform both individual and financial conglomerates supervision.Limitations and risk identified to supervisors could be mitigated by implementingsupervisory plan which adopted risk based audit. Therefore, this qualitativeresearch with a study case approach was carried out to recommend key risk factorswith risk analysis to determine supervision priorities in the financial conglomeratesupervisory planning process. The risk assessment techniques used in this studyinclude benchmarks to 3 (three) other supervisory authorities, validation processof Risk & Control Self-Assessment (RCSA) documents reported by financialconglomerates, and determination of key risk indicators. Based on the assessment,it is recommended 3 (three) categories of key risk factors, as follows: businesscomplexity based on business diversification and FC’s structure, the significanceof FC’s member to its respective industry, and the FC’s integrated risk rating whichare the composite results of assessments of FC’s governance, risk management,capital and risk profile. The application of new key risk factors to the audit universeof 46 heterogeneous FC’s could be categorized to 3 (three) groups of supervisionpriority, as follows: 16 heterogeneous FC’s are first priority group, 14heterogeneous FC’s are second priority group, and 16 heterogenous FC’s are thirdpriority. The result of this research may help supervisors to perform theirsupervisory duties optimally based on FC’s risk exposure