Penelitian ini membahas potret sosial generasi milenial dalam novel Secangkir Kopi dan Pencakar Langit karya Aqessa Aninda (2016) dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Pada saat ini novel populer di Indonesia cenderung diabaikan dalam penelitian sastra karena secara kualitas dianggap rendah dibandingkan dengan sastra serius. Akan tetapi, dalam bidang keilmuan, jenis karya sastra populer tentu tidak adil jika diperlakukan secara diskriminatif. Bagaimanapun, novel populer sebagai bagian dari khazanah kesusastraan Indonesia tetap penting sebagai objek kajian. Tentu saja pengkajiannya harus berdasarkan pendekatan yang sesuai dengan karakteristik karya bersangkutan. Dalam hal ini, pendekatan sosiologi sastra dengan menekankan pada upaya melihat karya itu dari aspek dinamika dan perubahan sosial dapat mengungkapkan sisi lain dari kehidupan sosial. Dengan demikian, âpotretâ sosial yang dimaksud dalam judul penelitian ini adalah hubungan antara teks sastra (novel) yang menggambarkan masyarakat generasi milenial dalam novel Secangkir Kopi dan Pencakar Langit dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat sekarang. Oleh karena itu, melalui novel itu, akan dikaji potret sosial dari generasi milenial yang muncul dalam novel tersebut untuk mengungkapkan karakteristik generasi milenial. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan menganalisis novel tersebut berdasarkan pendekatan sosiologi sastra. Hasil penelitian menunjukkan, terdapat lima karakteristik kehidupan generasi menial dalam kaitannya dengan pemakaian bahasa, perilaku gaya hidup, cara berpakaian, penggunaan media sosial, dan ketergantungan pada teknologi digital. Penelitian ini mencoba mengungkapkan kelima karakteristik itu sebagai representasi generasi milenial yang terdapat dalam novel Secangkir Kopi dan Pencakar Langit.
This study discusses the millennial generation's social portrait in Aqessa Aninda's novel Secangkir Kopi dan Pencakar Langit (2016) using a sociological literary approach. Currently, popular novels in Indonesia tend to be neglected in literary research because they are considered low quality compared to serious literature. However, in the scientific field, it is certainly not fair if literary works are treated discriminatively. After all, popular novels as part of Indonesian literary treasures, remain essential as objects of study. Of course, the assessment must be based on an approach that is in accordance with the characteristics of the work in question. In this case, the sociology of literature approach by emphasizing the effort to see the work from the aspects of social dynamics and changes can reveal the other side of social life. Thus, the social "portrait" referred to in this study's title is the relationship between literary texts (novels), that describe the millennial generation of society in the novel Secangkir Kopi dan Pencakar Langit, and the reality that occurs in today's society. Therefore, through this novel, social portraits of the millennial generation that appear in the novel will be studied to reveal the millennial generation's characteristics. To achieve this goal, this study used a qualitative descriptive method and analyzed the novel based on a sociological literary approach. The results showed that there are five characteristics of the millennial generation's life in relation to language use, lifestyle behavior, dress code, use of social media, and dependence on digital technology. This research tries to reveal the five characteristics as a representation of the millennial generation contained in the novel Secangkir Kopi and Pencakar Langit