Tulisan ini bertujuan untuk membahas fenomena munculnya strategi bertahan yang dilakukan oleh peminjam dalam kondisi hutang berlebih atau terlilit hutang pada aplikasi pinjaman daring. Penelitian sebelumnya menunjukkan peminjam pinjaman daring yang terlilit hutang melakukan resistensi melalui jalur hukum dengan advokasi lembaga bantuan hukum (LBH) maupun di luar pengadilan seperti negosiasi (non litigasi) dan;melalu i jalur ekonomi dengan memanfaatkan pinjaman dari lembaga keuangan syariah dengan bunga rendah maupun meminjam pada perusahaan pinjaman daring lainnya. Jawa barat merupakan wilayah dengan tingkat transaksi pinjaman daring tertinggi dimana tingginya angka kemiskinan di wilayah Depok menjadikan wilayah tersebut rentan melakukan peminjaman. Berbeda dari studi-studi sebelumnya, penelitian ini berargumen bahwa selain dua strategi tersebut, strategi bertahan melalui interaksi sosial antara peminjam dan lingkungannya tidak selalu membentuk hubungan yang buruk dengan mempertimbangkan orientasi sosial ekonomi dan situasi hutang yang berbeda melalui perilaku imitasi terhadap pengalaman Significant Others. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data kualitatif melalui wawancara mendalam studi dokumen terhadap delapan (8) informan utama dan satu informan tambahan di wilayah Depok.
This paper aims to discuss the phenomenon of the emergence of a survival strategy carried out by borrowers in conditions of excessive debt or being indebted in online loan applications. Previous research shows that online loan borrowers who are in debt have resistance through legal channels through advocacy of legal aid institutions (LBH) and outside the court such as negotiations (non-litigation) and through economic channels by utilizing loans from Islamic financial institutions with low interest rates or borrowing from other online loans companies. West Java is the region with the highest level of online loan transactions where the high poverty rate in the Depok area makes the region vulnerable to lending. Different from previous studies, this research argues that in addition to the two strategies, survival strategies through social interaction between the borrower and the environment do not always form bad relationships by considering socioeconomic orientation and different debt situations through imitation behavior towards the experience of Significant Others. This study uses qualitative data collection methods through in-depth interviews with document studies of eight (8) key informants and one additional informant in the Depok area.