ABSTRAKPenelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran tentang bagaimana tekanan di kehidupan sehari-hari, coping agama, dan stress-related growth terjadi pada pemeluk Syiah di Indonesia. Tekanan yang dimaksud disini adalah (1) tekanan akibat status minoritas, (2) tekanan akibat tindakan para pengikutnya sendiri, (3) tekanan akibat kesalahpahaman dan kurangnya pemahaman dari pemeluk agama mayoritas, (4) tekanan akibat tuntutan dari agama atau komunitas keagamaan, dan (5) tekanan akibat kebencian dan penolakan. Metode fenomenologi digunakan dalam penelitian ini. Partisipan diajak untuk mendeskripsikan seluruh pengalaman subjektifnya terhadap tekanan-tekanan tersebut. Beberapa partisipan melaporkan bahwa mereka mengalami suatu perkembangan kualitas diri setelah mengalami tekanan-tekanan tersebut, yaitu perkembangan filosofi hidup (contoh: memiliki prioritas baru yang lebih positif), perkembangan spiritual (contoh: memiliki ikatan spiritual yang lebih kuat), dan perkembangan sumber daya pribadi (contoh: memiliki etos kerja yang lebih baik). Hal ini hanya terjadi pada partisipan yang menggunakan problem-focus coping dan coping agama, yaitu menggunakan keyakinan agama untuk merekonstruksi pengalaman stressful secara lebih positif. Mereka memiliki suatu kedekatan emosional dan spiritual dengan pembimbing spiritual dan tokoh-tokoh suci yang mereka cintai sebagai suatu sumber inspirasi spiritual khususya ketika menghadapi tekanan.
ABSTRACTThis study aimed to describe how the daily life stressful experience, religious coping, and stress-related growth occurred in Indonesian Shiite. The stressful experience referred to this study are (1) stress due to minority status, (2) stress due to the actions of their own followers, (3) stress due to misunderstanding and lack of understanding of the majority religion, (4) stress due to demands from religion or religious communities, and (5) stress due to hatred and rejection. Phenomenological method used in this study. Participants were invited to described their entire subjective experienced regarding these stresses. Some participants reported that they experienced a development of self-quality after experiencing these stresses, namely the development of a philosophy of life (e.g. having a new positive priority), spiritual development (e.g. having a stronger spiritual bond), and the development of personal resources (e.g. having a better work ethic). These only happens to participants who use problem-focus coping and religious coping, that is, using religious beliefs to reconstruct the stressful experiences in more positive way. They have an emotional and spiritual closeness with spiritual guides and sacred figures whom they love as a source of special spiritual inspiration when faced with stressful situation.