Program bantuan tunai bersyarat (conditional cash transfer – CCT) banyak digunakan di negara-negara berkembang di mana angka kemiskinan anak tinggi, untuk meningkatkan outcomes untuk pendidikan anak. Meskipun tidak khusus didesain untuk menyelesaikan masalah pekerja anak, program CCT juga diharapkan dapat menurunkan tingkat partisipasi anak-anak di lapangan pekerjaan sebagai akibat meningkatnya partisipasi mereka di sekolah. Menggunakan data Indonesia Family Life Survey (IFLS), studi ini menginvestigasi dampak salah satu program CCT di Indonesia, Bantuan Siswa Miskin (BSM), terhadap penerima dan saudaranya. Secara spesifik, studi ini menganalisis sampel dari anak-anak berumur 16-18 tahun, yang merupakan kelompok umur sekolah menengah atas yang angka partisipasi sekolahnya relatif rendah di Indonesia. Untuk menginvestigasi dampak BSM, studi ini menggunakan kombinasi metode coarsened exact matching dan difference-in-difference. Hasil studi ini menunjukkan bahwa program BSM telah berhasil meningkatkan partisipasi sekolah anak-anak secara efektif yang telah menerima subsidi, walaupun tidak ada dampak signifikan terhadap partisipasi sekolah untuk anak-anak non-penerima BSM yang memiliki saudara penerima BSM dalam rumah tangga yang sama. Lebih lanjut, program ini telah berhasil menurunkan kejadian pekerja anak secara signifikan, walaupun hanya untuk anak-anak perempuan (baik penerima BSM maupun saudaranya), tidak ada bukti serupa untuk anak-anak laki-laki.
Conditional cash transfer programs (CCT) are widely used in developing countries where child poverty is prevalent to improve child schooling outcomes. Although not specifically designed to solve child working issues, CCT programs are also expected to reduce child participation in the labour force due to the increase of their participation in schooling. Using data from the Indonesia Family Life Survey (IFLS), we investigate the impact of the Indonesian government’s CCT program, Bantuan Siswa Miskin (BSM), on recipients and their siblings. Specifically, we analyse a sample of children aged 16-18 years old, as this cohort is of senior secondary school age, and the enrolment rate of this school level is relatively low in Indonesia. To investigate the BSM effects, we utilise a combination of coarsened exact matching and difference-in-difference approach. The findings suggest that the BSM program has increased the school participation rate of the children who receive the subsidy effectively, though it does not have any significant schooling impact on the non-BSM recipients who have a BSM recipient sibling in their household. Further, the program succeeds in significantly reducing the incidence of child labour only for girls (both BSM-recipient children and their siblings), with no such impact evident for boys.