ABSTRAKLatar belakang: Kunjungan wisatawan yang semakin meningkat memberikan pengaruh pada resiko penyebaran penyakit oleh wisatawan. Pelayanan kesehatan bagi wisatawan merupakan hal yang diperlukan ketika seseorang ingin berwisata. Hal tersebut tentunya diperlukan suatu kesiapan bagi rumah sakit yang ada di Bali untuk menanganinya, salah satunya menyesuaikan standar pelayanan kesehatan untuk wisatawan mancanegara, yakni berstandar Travel Medicine.
Tujuan penelitian: Menganalisis Kesiapan Rumah Sakit di Bali Dalam Penerapan Layanan Travel Medicine.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Validasi menggunakan triangulasi sumber dan metode (wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen).
Hasil: Belum terpenuhinya beberapa faktor input dalam penerapan layanan Travel Medicine. Selain itu, faktor process belum berjalan dikarenakan belum terpenuhinya beberapa faktor input dan penerapan model pelayanan yang berbeda dengan layanan Travel Medicine.
Kesimpulan: Dari segi kualifikasi, ketiga rumah sakit yang menjadi objek penelitian; RSUP Sanglah, BROS dan BaliMed belum siap menerapkan layanan Travel Medicine.
ABSTRACTBackground: Increasing tourist visits impact on the risk of disease spread. Thus, health care for tourists is important. This certainly requires a readiness for hospitals in Bali to handle it, one of which is to adjust the standard of health services for foreign tourists, namely the standard of Travel Medicine.
Research Objectives: Analyzing Hospital Readiness in the Implementation of Travel Medicine Services in Bali.
Method: This study uses qualitative methods. Validation uses source and method triangulation (in-depth interviews, observation and document review).
Results: Several input factors had not been fulfilled in implementing travel medicine services. In addition, the process factor had not been implemented due to the lack of fulfillment of several input factors and the implementation of service models which were different from travel medicine services.
Conclusion: In terms of qualifications, Sanglah Hospital, BROS and BaliMed were not ready to implement Travel Medicine services.