ABSTRAKWarga Kampung Pulo yang tinggal di bantaran Sungai Ciliwung direlokasi ke Rusunawa Jatinegara Barat sebagai upaya penanganan bencana banjir. Namun setelah direlokasi, ternyata banyak warga yang mengaku kesulitan bersosialisasi di rusunawa. Hal ini berbeda dengan warga tower A lantai 3 di rusunawa tersebut yang justru bisa kembali bersosialisasi seperti sediakala. Mereka dapat bertinggal seperti saat mereka masih menghuni Kampung Pulo karena mereka kembali membentuk ruang yang dapat mengakomodasi kegiatan mereka. Proses pembentukan ruang inilah yang disebut sebagai proses building. Untuk dapat bertinggal, warga harus melakukan building pada setiap harinya, building pun menjadi sebuah rutinitias bagi mereka. Sehingga proses building merupakan sebuah practice. Fenomena ini dapat dipahami dengan mempelajari teori dwelling dan building yang dikemukakan oleh Heidegger, teori practice yang dikemukakan oleh Bourdieu, serta kaitan di antara keduanya. Melalui kajian teori dan studi kasus, dapat dipahami bahwa building yang dilakukan warga tidak semata-mata merupakan respon mereka secara individual terhadap alam semesta di sekitar mereka. Sebagai sebuah practice, proses building yang dilakukan warga ikut dipengaruhi oleh kondisi sosial di sekitar mereka. Hal inilah yang menyebabkan tidak semua warga di Rusunawa Jatinegara Barat dapat bertinggal seperti warga di tower A lantai 3. Kondisi dan fenomena yang terjadi pada setiap kelompok sosial mempengaruhi building yang dilakukan masing-masing anggota kelompok sosial tersebut. Sehingga proses building yang dilakukan setiap induvidu tidak lepas dari pengaruh dan keberadaan induvidu lain.
ABSTRACTIn order to solve reoccuring flood problem near Ciliwung river bank, the government relocated people of Kampung Pulo to Rusunawa Jatinegara Barat. After being relocated, a lot of residents complained that its hard for them to socialize in rusunawa. In contrast, the residents who live in the third floor of A tower can perform their social activity without problem just like how they used to do it in Kampung Pulo. Their act of dwelling are the same because they are able to create spaces that can accomodate their activities. The process of creating spaces is called building. This process is done daily and becomes a routine for the residents. Therefore, building becomes a practice for them.This phenomenon can be understood through studying the theory of dwelling and building by Heidegger, the theory of practice by Bourdieu, and the relation between the two theories. By learning more about the theory through the case study, we know that the act of building is not merely an individual respond to the universe. As a practice, we get to know that the social conditions surrounding somone can also affect their act of building. This is why not all residents of Rusunawa Jatinegara Barat can dwell like the residents that live in the third floor of A tower. The condition and the phenomenon that occur in each social group will affect the building process of each member of the group. Therefore, the building process of each induviduals cant be disassociated with other peoples influences.