ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa kolonialisme Jepang di Korea tidak hanya merenggut nyawa, sumber daya alam, dan identitas bangsa Korea semata. Akan tetapi, juga membuat kehidupan masyarakat Korea, khususnya kaum petani, lekat dengan kemiskinan dan kesengsaraan. Penulis merumuskan bagaimana Kim Yujeong menggambarkan ironi kaum petani dalam cerpen Manmubang, Geum Ttaneun Kong Bat, dan Sonakbi yang dirilis pada 1935. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode close reading. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kolonialisme Jepang di Korea turut melatarbelakangi lahirnya karya sastra yang menggambarkan realita penderitaan kaum kelas bawah akibat kebijakan-kebijakan pemerintah kolonial. Dalam karya tersebut, para sastrawan biasanya menyelipkan kritik-kritik yang ditujukan kepada Jepang. Berbagai kritik tersebut disuguhkan menggunakan aliran sarkasme. Di sisi lain, Kim Yujeong menyuguhkan gagasan-gagasannya melalui karakter-karakter kaum kelas bawah menggunakan ironi sebagai alat kritik terhadap pemerintahan Jepang. Ironi situasional tersirat dalam cerpen Manmubang dan Geum Ttaneun Kong Bat, sedangkan ironi dramatis tersirat dalam cerpen Sonakbi.
ABSTRACTThis research aims to prove that Japanese colonialism in Korea not only took the lives, natural resources, and the identity of Korean people. However, it also made the peasantry lived in poverty and misery. The writer stated how Kim Yujeong described the irony of peasantry in Manmubang, Geum Ttaneun Kong Bat, and Sonakbi released in 1935. This research is a qualitative descriptive research using close reading method. The results show that Japanese colonialism in Korea has influenced the birth of literature works that portraying the harsh reality of the lower class people due to the policies of the colonial government. In the literature works, the writers put in critics for the Japanese colonialism. Many of the critics are served in a sarcastic way. On the other hand, Kim Yujeong presented his ideas through the characters of the lower class people in an ironical way as a means of criticism to the Japanese government. Situational irony is implied in Manmubang and Geum Ttaneun Kong Bat, while dramatic irony is implied in the Sonakbi.