ABSTRAKJumlah gelandangan dan pengemis diperkirakan akan terus meningkat mengingat daya tarik kota yang semakin kuat bagi orang desa. Ketiadaan sumber penghasilan, keterbatasan penguasaan sarana dan prasarana produktif, serta terbatasnya keterampilan, sehingga menyebabkan mereka menjadikan mengemis sebagai mata pencaharian. Di sisi lain, adanya sikap mental malas dan budaya masyarakat atau budaya masyarakat atau adanya kesan permisif terhadap kegiatan menggelandang dan mengemis. Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi program bimbingan keterampilan kerja olahan pangan dan menjahit dalam rehabilitasi sosial gelandangan dan pengemis di Panti Sosial Bina Karya Pangudi Luhur Bekasi dan mengetahui faktor penghambat dalam implementasi program bimbingan keterampilan kerja olahan pangan dan menjahit dalam rehabilitasi sosial gelandangan dan pengemis di Panti Sosial Bina Karya Pangudi Luhur Bekasi. Implementasi bimbingan keterampilan kerja dianggap penting dalam proses rehabilitasi sosial di PSBK Pangudi Luhur Bekasi, karena dalam proses bimbingannya membekali Warga Binaan Sosial WBS dengan keterampilan kerja yang dapat dimanfaatkan dan diaplikasikan setelah WBS lulus dari panti dengan harapan dapat membuka usaha secara mandiri ataupun dapat bekerja di dunia usaha yang lain. Namun, dalam pelaksanaannya terdapat adanya kekurangan yang menyebabkan kurang efektifnya proses bimbingan keterampilan kerja olahan pangan dan menjahit yakni sarana dan prasarana maupun peralatan yang masih belum memadai untuk mendukung implementasi bimbingan keterampilan kerja, belum adanya kurikulum baku dalam pembuatan silabus oleh instruktur keterampilan. Selain itu, tingkat pendidikan WBS yang beragam dan berpendidikan rendah, serta sulitnya mencari tempat Praktek Belajar Kerja PBK bagi WBS.Kata kunci : keterampilan, gelandangan dan pengemis, WBS, rehabilitasi sosial.
ABSTRACT The number of homeless and beggars are projected to further increase given increasingly strong appeals of urban areas to the villagers. The absence of sources of income, limited access to productive facilities, and lack of skills make begging as bread and butter. Furthermore, the tendency of laziness becomes a culture and societies rsquo permissive characters are enacting the activity of wandering and begging. This research applies qualitative approach with descriptive research type. The purpose of the study is to observe the social rehabilitation programs for homeless drifter and beggars with Panti Sosial Bina Karya Pangudi Luhur as a research location. In this study, the researcher determines to identify the inhibiting factors of the program and the consequences it rsquo s created. By implementing the activities on food processing and tailoring, PSBK Pangudi Luhur equip their clients with work skills with an eye to prepare to improve their livelihood after rehabilitation. With the skills, the clients are expected to have capacities for entrepreneurship and employment. However, the implementations of the program are frequently hampered due to the lack of facilities and tools, the nonexistence of standard curriculum for the instructors, the difficulties in finding workplace to intern, and the low education level of the clients. Keywords skills, homeless and beggar, clients, social rehabilitation