ABSTRAKIndonesia pernah mengalami pengembangan teknologi yang pesat pada periode Orde Baru. Hal ini ditunjukkan dari meningkatnya ekspor produk berteknologi tinggi dan pembangunan industri pesawat terbang. Akan tetapi, setelah terjadinya krisis finansial Asia yang mengarahkan pada krisis ekonomi dan politik di tahun 1997/ 1998, pengembangan teknologi di Indonesia mengalami kemunduran. Skor inovasi dan daya saing menunjukkan posisi Indonesia yang rendah. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini berupaya untuk mencari faktor kausal yang menjelaskan kasus Indonesia. Berbeda dari penelitian sebelumnya dalam pembahasan inovasi politik yang menitikberatkan pada institusi domestik sebagai variabel independen yang menyebabkan suatu negara untuk berinovasi, penelitian ini menggunakan teori ketidakamanan kreatif yang menggugat premis institusi domestik. Penelitian ini kemudian menerapkan metode kualitatif, seperti pengujian kongruen pada teori ketidakamanan kreatif, menggunakan bahan-bahan literatur, dan wawancara dengan aktor-aktor yang terdapat pada sistem inovasi nasional, dari badan pemerintah, sektor swasta atau bisnis, dan universitas. Dari penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa rendahnya tingkat dan kapabilitas inovasi teknologi Indonesia setelah berakhirnya Orde Baru disebabkan oleh ketiadaan ketidakamanan kreatif atau singkatnya Indonesia memiliki banyak tensi domestik dibandingkan ancaman eksternal terhadap keamanan dan ekonomi nasional. Hal ini yang menyebabkan Indonesia lebih banyak mengalokasikan fokus pada tensi domestik dibandingkan ancaman eksternal. Sebagai tambahan, ketiadaan ketidakamanan kreatif juga dipengaruhi oleh kurangnya jejaring untuk memfasilitasi kegiatan inovasi.
ABSTRACTIndonesia had experienced rapid technological development in New Order regime. It was shown by the increased export of high tech products and built aircraft industry. However, after Asian financial crisis that led to political and economic crisis in 1997 1998 hit Indonesia, the technological development experienced setback. The competitiveness and innovation scores shows Indonesia has been in the low position. This research then seeks further for the causal forces to explain the case of Indonesia. Different from the previous researches in politics of innovation that pinpoints domestic institutions as independent variable to compel nations to innovate, this research employs creative insecurity theory CI that challenges the premises of said domestic institutions. By employing qualitative methods, such as congruence testing to the CI theory, leveraging on literatures, and interviews with actors within Indonesia national innovation system, ranging from government agencies, private or business sectors, and university, this research found that the low rate and capability of Indonesia rsquo s technological innovation after the New Order regime is caused by the absence of creative insecurity or shortly explained that Indonesia rsquo s domestic rivalries or tensions outweigh the external military and economic threats. In addition, the absence of creative insecurity is also influenced by the lack of networks to facilitate innovation. This creates the situation where Indonesia puts more resources to address domestic tensions relative to external threats.