Kontribusi emisi gas rumah kaca, yakni karbondioksida (CO2) dan terutama methane (CH4) dari ekositem lahan basah (wetlands) termasuk yang terbesar. Interaksi antara tipe vegetasi, factor abiotik, dan pegolahan lahanadalah penting dalam perhitungan fluks karbondioksida dan methana dari suatu ekosistem. Dalam penelitian ini, pengukuran terhadap fluks gas karbondioksida, metahana, karakter tanah, kelembapan udara dan suhu serta komposisi vegetasi di ekosistem rawa pasang surut asin (salt marsh) dan rawa payau (brackish marsh) dilakukan di pulau Terschelling, Belanda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi tumbuhan model pengelolaan (a.l. penggembalaan/grazing atau pembabatan/mowing) terhadap emisi gas karbondioksida dan methana dari ekosistem rawa. Komposisi vegetasi di dua tipe rawa berbeda. Keragaman jenis dipengaruhi oleh kegiatan pengembalaan; jumlah jenis di tapak rawa payau yang mengalami penggembalaan adalah 39 jenis sedangkan yang tidak mengalami penggembalaan adalah 31 jenis. Fluks karondioksida di rawa asin hampir sama besarnya dengan yang ada di rawa payau. Fluks methana rawa asin lebih rendah dibandingkan fluks methane rawa payau. Di daerah rawa payau, penggembalaan meningkatkan emisi gas methana.