Latar belakang: Perawatan ortodonti interseptif dapat mengurangi prevalensi maloklusi di Indonesia yang tinggi yaitu sebesar 80, namun hingga saat ini faktor-faktor yang berhubungan dengan kebutuhan subjektif akan perawatan ortodonti interseptif belum diketahui.
Tujuan: Menganalisis hubungan kebutuhan normatif perawatan ortodonti interseptif, sikap terhadap estetika gigi, pengetahuan kesehatan gigi dan mulut, jenis kelamin, dan tingkat sosioekonomi dengan kebutuhan subjektif perawatan ortodonti interseptif.
Metode: Desain penelitian adalah cross sectional, subjek penelitian adalah 101 murid SDI Al-Azhar 17 Bintaro berusia 8-11 tahun, yang dilakukan pemeriksaan klinis menggunakan kaca mulut dan probe, sedangkan untuk mengetahui kebutuhan normatif perawatan ortodonti interseptif digunakan alat ukur IKPO-I, dan untuk mengetahui variabel lainnya dengan kuesioner. Hubungan antarvariabel dianalisis dengan uji koefisien kontingensi dan uji korelasi Eta.
Hasil: Menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kebutuhan subjektif perawatan ortodonti interseptif p-value=0,625, kebutuhan normatif perawatan ortodonti interseptif r=0,178, sikap terhadap estetika gigi r=0,059, pengetahuan kesehatan gigi dan mulut r=0,028, dan tingkat sosioekonomi r=0,068 dengan kebutuhan subjektif perawatan ortodonti interseptif.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebutuhan normatif perawatan ortodonti interseptif, sikap terhadap estetika gigi, pengetahuan kesehatan gigi dan mulut, jenis kelamin, dan tingkat sosioekonomi dengan kebutuhan subjektif perawatan ortodonti interseptif.
Background: Interceptive orthodontic treatment can reduce the high prevalence of malocclusion in Indonesia which is 80, however, factors influencing the perceived need for interceptive orthodontic treatment is unknown. Objectives: To analyze the relationship between normative orthodontic treatment need, dental aesthetic self perception, oral health knowledge, gender, socioeconomic status, and perceived need for interceptive orthodontic treatment. Methods: The design of this study is cross sectional, subjects are 101 students at Al Azhar 17 Bintaro Elementary School aged 8 11 years. Data were obtained through clinical examination using dental mirror and probe. IKPO I is used to know the normative interceptive orthodontic treatment need and questionnaire is used to know other variables. The relationship between variables are analyzed with contingency coefficient analysis and Eta correlation analysis. Results: Showed no significant relationship between gender p value 0,625, normative orthodontic treatment need r 0,178, dental aesthetic self perception r 0,059, oral health knowledge r 0,028, socioeconomic status r 0,068, and perceived need for interceptive orthodontic treatment. Conclusion: There are no significant relationship between normative orthodontic treatment need, dental aesthetic self perception, oral health knowledge, gender, and socioeconomic status and perceived need for interceptive orthodontic treatment need.