ABSTRAKSkripsi ini membahas mengenai latar belakang dari konflik agraria yang terjadi di Bongkoran, Wongsorejo, Banyuwangi, Jawa Timur. Konflik yang dimulai di era pemerintahan Orde Baru ini berlatar belakang pencaplokan perkampungan warga Bongkoran yang tergabung dalam Organisasi Petani Wongsorejo OPWB oleh PT.Wongsorejo yang memiliki HGU atas tanah bekas hak erfact dan tanah Kampung Bongkoran. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis bahwa penerbitan HGU PT. Wongsorejo sarat akan tindakan manipulatif dan diskriminatif. Temuan penulis yang berupa riwayat sejarah tanah Bongkoran ini dianalisa dengan kerangka pemikiran Bourdieu mengenai interaksi antara habitus, capital, dan field untuk memberikan penjabaran yang komprehensif terkait dengan konflik agraria tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang datanya berupa data primer wawancara dan observasi dan data sekunder penelusuran dokumen dan penjabaran Film Dokumenter . Tulisan ini diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai latar belakang konflik agraria yang terjadi di Bongkoran, Wongsorejo, Banyuwangi, Jawa Timur.
ABSTRACTThis thesis discusses the backround of agrarian conflict in Bongkoran, Wongsorejo, Banyuwangi, East Jawa. The conflict that began in the era of ldquo Orde Baru rdquo goverment was an impact of PT. Wongsorejo who had HGU of land erfact rights and Bogkoran resident land aquisition toward Bongkoran resident which incorporate with Wongsorejo Farmer Organizations OPWB . Based on thir reseach HGU of PT. Wongsorejo posses manipulative and discriminative action. History of Bongkoran land has been discovered analyzed by the reseacher with Bourdieu concept of interaction between habitus, capital and field to give an comprehensive explanation about agrarian conflict in this places. This is an qualitative research using primer data deep interview and observation and secondary data documents and documentary film . This thesis expected to give and explanation of agrarian conflict backround in Bongkoran, Wongsorejo, East Jawa.