ABSTRAKPerancangan produk dan perancangan jasa tidak mempunyai
perbedaan yang mendasar hanya keduanya? mempunyai proses
operasi yang berbeda. Organisasi-organisasi penyedia jasa
biasanya lebih fleksibel dan dapat merubah kegiatan-kegiatan
mereka lebih cepat dibandingkan dengan organisasi
manufaktur. Konsep perancangan dan pengembangan jasa adalah
jauh lebih sukar dipahami daripada perancangan produk.
Organisasi-organisasi penyedia jasa harus memutuskan
beberapa faktor kunci pelayanannya, yang secara ringkas
dapat diperinci sebagai berikut :
1. Lini pelayanan yang ditawarkan.
Organisasi jasa harus memutuskan seberapa luas lini
pelayanan yang akan ditawarkan.
2. Ketersediaan pelayanan.
Dalam perancangan jasa para manajer perlu
mempertimbangkan kapan jasa harus disediakan. Juga
perusahaan harus menentukan lokasi fasilitasfasilitas
untuk memberikan pelayanan yang baik,
apakah suatu lokasi fasilitas yang terpusat atau
beberapa lokasi yang tersebar.
3. Tingkat pelayanan.
Organisasi harus menyeimbangkan antara tingkat
pelayanan yang diberikan kepada para langganannya
dengan kebutuhan untuk beroperasi secara ekonomik
pada saat yang sama.
Karya akhir ini bertemakan bagaimana meningkatkan
keunggulan suatu organiasi yang memproduksi jasa dengan
menggunakan tehnik pengendalian produksi yang baik. Obyek
penelitian dalam penulisan karya akhir ini adalah Universal
Maintenance Center suatu organisasi yang menyediakan jasa
perbaikan mesin-mesin.
Universal Maintenance Center (UMC) merupakan salah satu
direktorat pada Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN)
yang berlokasi di Bandung. Kegiatan operasinya bersifat
khusus yaitu jasa perbaikan (repair), dan overhaul dari
mesin-mesin gas turbin pesawat dan industri.
Keadaan yang UMC hadapi sekarang yaitu dibutuhkannya
investasi yang cukup besar untuk menunjang tehnologi canggih
yang digunakan, selain itu sifat produksinya yang bukan
produksi masal dimana sebagian besar suku cadang yang
dipakai harus didatangkan dari luar negeri. Melalui analisa
pendekatan sistem pengendalian produksi didapatkan bahwa
hambatan atau masalah yang menjadi kendala bukan terletak
pada sistem pengendalian produksi yang telah mereka rancang
selama ini tetapi ada pada faktor manusianya (brain ware).
Hasil temuan masalah mengungkapkan bahwa adanya kendala
didalam proses pengendalian produksi terutama disebabkan
oleh
1. Kedudukannya sebagai BUMN membuat UMC kurang
fleksibel karena harus mentaati prosedur, peraturan
yang birokratis, selain ketergantungannya kepada
IPTN sebagai induk organisasi.
2. Dalam hal tehnik UMC harus mentaati segala aturan,
perkembangan tehnik yang dikeluarkan oleh masingmasing
pabrik pembuat dan badan-badan keselamatan
lalu lintas udara baik lokal maupun internasional.
Tujuan penulisan Karya Akhir ini adalah untuk mencari
penyebab masalah utama serta mencoba memberikan alternatif
pemecahan yang mungkin dapat mengatasi masalah dalam sistem
pengendalian preoduksinya. Sedangkan untuk metoda yang
digunakan adalah analisa sistem pengendalian produksi dengan
melalui beberapa tahapan yaitu identifikasi, memahami,
analisa permasalahan serta rekomendasi.
Melalui analisa pendekatan sistem ini didapatkan bahwa
masalah yang menjadi kendala utama adalah banyaknya
peraturan-peraturan pemerintah yang mengikat UMC sebagai
BUMN dan ketergantunggannya pada IPTN sebagai induk
organisasi seperti misalnya proses pengadaan suku cadang,
dana dan yang lebih penting lagi proses pengambilan
keputusan yang rumit dan berkepanjangan. Di pihak lain kita
harus memperhatikan bahwa hampir semua pemakai jasa adalah
dari kalangan penerbangan dan industri minyak dan gas bumi
dimana biaya dan waktu merupakan elemen yang sangat penting
untuk bisnis mereka sehingga dapat disimpulkan UMC kurang
efisien dan produktif.
Dalam mengatasi kendala-kendala tersebut
dicarikan jalan agar paling sedikit UMC dapat terlepas dari
IPTN sebagai induk organisasi untuk dijadikan profit center
tersendiri, bahkan lebih baik lagi jika UMC dapat dijadikan
suatu organisasi swasta.