ABSTRAKDiabetes mellitus tipe 2 DMT2 adalah suatu kondisi ketika sel tubuh resisten terhadap insulin yang dihasilkan oleh sel ? pankreas. World Health Organization WHO memperkirakan prevalensi penderita DMT2 akan terus meningkat terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Pengobatan diabetes jangka panjang, pola peresepan yang beragam dan perbedaan harga insulin dibandingkan sulfonilurea dan biaguanid menyebabkan perbedaan biaya yang dikeluarkan untuk terapi. Penelitian merupakan analitik deskriptif dengan desain cross sectional.Penelitian dilakukan untuk mengetahui efektivitas pengobatan dan efisiensi biaya antidiabetes pada pasien DMT2 rawat jalan di RSK Dr. Sitanala Tangerang pada periode April 2015 - Juni 2015 yang mengkomsumsi obat yang sama selama 4 bulan terakhir. Subjek penelitian dibagi menjadi tiga kelompok yaitu yang menggunakan insulin n=29 , yang menggunakan obat sulfonilurea n=29 dan yang menggunakan kombinasi sulfonilura-biguanid n=39 .Efektivitas pengobatan dilihat dari nilai HbA1c pasien dan analisis antidiabetes dari segi efektivitas pengobatan dan biaya dilakukan dengan menggunakan Cost Effectiveness Analysis CEA . Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien DMT2 berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan pasien laki-laki yaitu 68 orang 65,96 dengan rata-rata usia pasien DMT2 yaitu 50-59 tahun. Efektivitas tertinggi dihasilkan oleh kombinasi sulfonilurea-biguanid yaitu 7,48 1,89. Nilai ACER Average cost effectiveness ratio kelompok insulin adalah Rp. 40.866, kelompok sulfonilurea adalah Rp. 1.369 dan kelompok kombinasi sulfonilurea-biguanid adalah Rp. 2.621. Nilai ICER incremental cost effectiveness ratio untuk terapi sulfonilurea-biguanid terhadap terapi sulfonilurea adalah Rp. 16.194. Berdasarkan analisis yang dilakukan, terapi kombinasi sulfonilurea-biguanid lebih cost effective dibandingkan terapi insulin ataupun terapi sulfonilurea tunggal.
ABSTRACTType 2 diabetes mellitus T2DM is a condition when the body cells are resistant to insulin produced by the pancreas cells. World Health Organization WHO estimates that the prevalence of type 2 diabetes will continue to increase, especially in developing countries, including Indonesia. Long term diabetes treatment, prescribing pattern varied and the price difference compared to sulfonylurea insulin and biaguanid cause differences in costs incurred for treatment. The research is descriptive analytic with cross sectional design.The study was conducted to examine the effectiveness and cost efficiency antidiabetic treatment in patients with type 2 diabetes outpatient Dr. Sitanala Leprosy Hospital in Tangerang in the period April 2015 June 2015 were consuming the same drug during the last 4 months. Subjects were divided into three groups who use insulin n 29 , which uses a sulfonylurea drug n 29 and those using sulfonilura biguanide combination n 39 .The effectiveness of treatment views of HbA1c values of patients and analysis of antidiabetic terms of the effectiveness of treatment and the cost is done by using the Cost Effectiveness Analysis CEA . Results showed that patients with type 2 diabetes were female more than male patients ie 68 65.96 with an average age of patients with type 2 diabetes that is 50 59 years. The highest effectiveness generated by the combination of sulfonylurea biguanide is 7.48 1.89. Value ACER Average cost effectiveness ratio insulin group is Rp. 40 866, sulfonylurea group is Rp. 1369 and the combination of sulfonylurea biguanide group is Rp. 2,621. Value ICER incremental cost effectiveness ratio for the treatment of sulfonylurea biguanide to sulfonylurea therapy is Rp. 16 194. Based on the analysis performed, sulfonylurea biguanide combination therapy is more cost effective than sulfonylurea insulin therapy or single therapy.