Desa Saliki, sebagai bagian dari ekosistem Mahakam Delta yang unik, memiliki sejumlah masalah pembangunan.
Kawasan ini memiliki simpanan minyak dan gas yang ditambang oleh berbagai perusahaan multinasional. Sektor ini
memberikan kontribusi yang besar untuk pendapatan nasional. Daerah ini juga memiliki hutan bakau, yang mendorong
masyarakatnya untuk membuat tambak udang yang luas. Sejak tahun 1999, pemerintah kabupaten Kutai Kartanegara
telah mengadakan sebuah program pemberdayaan bernama Gerbang Dayaku (Gerakan Pengembangan Pemberdayaan
Kutai), yang dilanjutkan dengan Gerbang Raja (Gerakan Pembangunan Rakyat Sejahtera). Sejumlah perusahaan
minyak dan gas yang beroperasi di daerah ini juga mengadakan berbagai program pemberdayaan masyarakat sebagai
bentuk tanggung jawab sosial perusahaan. Namun, terdapat sejumlah masalah pemberdayaan yang penting seperti tidak
adanya kebutuhan yang dirasakan (perceived needs) akan perlunya pemberdayaan masyarakat dan juga belum
ditetapkannya peran penggerak utama untuk keberlanjutan kegiatan ekonomi masyarakat.
Saliki Village, as part of a unique ecosystem of the Mahakam Delta, has various development problems. This region
contains oil and gas deposits, which have been mined by multinational companies. This sector has given significant
contribution to national income. This area is also covered by mangrove forest that encourages the community to open
extensive shrimp ponds. Since 1999, the local government of Kutai Kartanegara has launched a specific development
program called Gerbang Dayaku (Gerakan Pengembangan Pemberdayaan Kutai), continued with Gerbang Raja
(Gerakan Pembangunan Rakyat Sejahtera). Oil and gas companies operating in the region have also launched various
community development programs as their corporate social responsibility. However, the lack of community’s
development perceived needs and unestablished prime mover role to hold the community’s economic sustainability
have become significant development problems.