ABSTRAKPerencanaan pembangunan kilang di Kawasan Industri Tanjung Buton oleh
pemerintah dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi permintaan BBM di Kab.
Siak sehingga sekuritas energi bagi sektor industri dan rumah tangga dapat
terjaga, efisiensi biaya distribusi minyak mentah dari hulu disaat harga minyak
yang sedang turun, serta efektifitas dalam distribusi hilir. Kebutuhan BBM
sebagai salah satu sumber energi di wilayah Kab. Siak terus meningkat,
berdasarkan analisa ekonometri diperoleh elastisitas untuk bensin sebesar 1,10
dan untuk solar 0.49. Hasil pengolahan minyak produksi dari tiga Lapangan
Migas di sekitar Tanjung Buton dapat memenuhi konsumsi bensin oktan 88
hingga tahun 2044 dan mengurangi kebutuhan impor solar untuk Kab. Siak. Dari
pembangunan Kilang dengan sistem proses topping unit, nilai harga ekonomis
penjualan produk kilang untuk bensin sebesar Rp 8.091 /liter, solar sebesar Rp
6.577 / liter, dan listrik sebesar Rp 2.100 /kwh. Dampak dengan adanya
pembangunan kilang ini akan memberi keuntungan bagi pemerintah sebesar US$
8.445.750 per tahun, KKKS A sebesar US$ 855.881 per tahun, KKKS B sebesar
US$ 182.854, dan KKKS C sebesar US$ 63.026 per tahun dengan perubahan
skema transportasi minyak hulu. Disamping itu, dengan nilai tambah produk
sampingan berupa listrik, akan menghemat subsidi pemerintah sebesar Rp 498
/kwh dibanding dengan PLTD yang saat ini digunakan di Kab. Siak. Dengan
menggunakan analisa Input-Output Provinsi, pembangunan kilang memberi
dampak terhadap sektor industri yang berperan dalam pengolahan minyak dengan
penambahan PDRB Provinsi sebesar Rp 3,63 Triliun, dimana pertambangan dan
penggalian yang merupakan input utama memilki dampak paling besar.
ABSTRACTRefinery at Tanjung Buton Industrial Area has been planned by government in
order to meet the demand for fuel in Siak district so that the securities of energy
for industry and household sector can be maintained, cost efficiency in the
upstream sector when oil price is falling, and improve effectiveness of the
downstream product distribution. Fuel demand as a source of energy in Siak
district continues to increase, the elasticity value is obtained by using econometric
analysis, elasticity for gasoline is 1.10 and for diesel is 0.49. Fuel production from
refinery obtained by three oil field around Tanjung Buton can fulfill 88 octane
gasoline consumption up to 2044 and reduce the need for imported diesel fuel.
The economic price product of development topping unit at refinery process
system for gasoline is Rp 8.091 /liter, diesel Rp 6,577 /liter, and electricity Rp
2,100 /kwh. Development of refinery will give the benefit for government by
amount US$ 8,445,750 per year, PSC A by amount US$ 855,881 per year, PSC B
by amount US$ 182,854 per year, and PSC C by amount US$ 63,026 per year by
changing upstream transportation scheme. In addition, added value by electricity
product will save the government subsidy of Rp 498 /kwh compared with the
diesel power plant that currently has been used at Siak district. By using the inputoutput
analysis for Province, development of the refinery will give the
macroeconomic impact on the industrial sector which play a role in the processing
of refinery product with the addition of the Province GDP is Rp 3.63 Trillion.
Mining and quarrying sector as the main input of refinery obtain the greatest
impact.