ABSTRAKTesis ini membahas strategi komunikasi antar budaya yang diterapkan sepuluh tokoh
Tionghoa Indonesia dalam kultur yang diskriminatif. Sepuluh tokoh tersebut adalah Anton
Wardaya, Didik Nini Thowok, Lie Augustinus Dharmawan, Margareta Astaman, Melani
Budianta, Susan Meilani Bachtiar, Tan Joe Hok, Yohanes Juang, Yolla Bernanda, dan Yosep
Stanley Adi Prasetyo. Penelitian ini menggunakan teori Co-Cultural Mark Orbe dengan
strategi Interpretative Phenomenological Analysis. Hasil penelitian ini menemukan
penerapan yang dominan pada orientasi akomodasi, yaitu upaya para informan menjalin
interaksi yang harmonis dengan kelompok dominan namun pada saat bersamaan tidak ingin
menghilangkan identitasnya sebagai Tionghoa Indonesia. Juga terungkap bahwa nonassertive
assimilation diterapkan para informan sebagai upaya menyesuaikan diri agar diterima oleh
kelompok budaya dominan. Para informan tidak hanya berhasil berinteraksi di tengah kultur
diskriminatif tapi juga menjadi tokoh yang kontribusinya diakui masyarakat lintas etnis,
bahkan dunia.
ABSTRACTThis thesis discusses minority communication typology by 10 Chinese Indonesian figures in a
discriminatory environment. The 10 Chinese Indonesian figures in this research are Anton
Wardaya, Didik Nini Thowok, Lie Augustinus Dharmawan, Margareta Astaman, Melani
Budianta, Susan Bachtiar, Tan Joe Hok, Yohanes Juang, Yolla Bernanda, and Yosep Stanley
Adi Prasetyo. The research employs Mark Orbe?s Co-Cultural theory and using Interpretative
Phenomenological Analysis as its strategy. The results of this study show that
accommodation is often used as the main strategy. The informants establish harmonious
interactions with the dominant group, but at the same time do not want to eliminate their
identities as Chinese Indonesians. All informants also apply a nonassertive assimilation
typology in adjusting to be accepted by the dominant cultural groups. Not only were they able
to interact successfully amidst discrimination, the informants were also able to become
leaders whose contributions received inter-ethnic, even international recognition