Laki-laki dalam masyarakat Bali khususnya di lingkungan puri, memiliki kedudukan tinggi. Oleh sebab itu, keluarga puri khususnya ketururnan raja sangat mengharapkan keturunan laki-laki dari para istrinya. Fajar Putu Arcarna melalui “Sulasih” menggambarkan atau melukiskan tokoh Gung Aji sebagai pewaris puri berusaha dalam memperoleh anak laki-laki dari Sulasih. Seorang perempuan berkasta sudra, yang mengakibatkan dirinya harus berurusan dengan instansi kepolisan terkait dengan tindakannya yaitu menukar bayinya. Penelitian ini membahas tentang kedudukan laki-laki dan perempuan dalam cerpen “Sulasih”.
Man Balinese society, especially in the neighborhood of the castle, has a high position. There for, the family castle in particular is expecting a descendant of the royal family man from his wife. Putu Fajar Arcarna through “Sulasih” describe or depict figures Gung Aji as heir to the castle trying to acquire boys man of Sulasih. Shudra castle woman, which resulted in his having to deal with police agencies associated with the action that is swapping her baby. This research discusses the position of man and woman in the short story “Sulasih”.