ABSTRAKPeluang pasar yang cukup besar membuat kondisi persaingan industri kosmetik di Indonesia semakin meningkat. Ketatnya persaingan dalam industri kosmetik memaksa perusahaan harus mampu merespon lebih cepat atas kebutuhan konsumen. Dalam lingkungan bisnis modern, persaingan tidak lagi antar perusahaan, tapi antar rantai pasok. Rantai pasok bersifat kompleks dan melibatkan beragam alur kerja antar mitra bisnis. Dua masalah utama yang muncul dalam upaya peningkatan kinerja rantai pasok adalah praktek berbagi informasi dan kolaborasi.
Penelitian ini mempertimbangkan empat nilai-nilai dalam pertukaran sosial yaitu hubungan timbal balik, kepercayaan, komitmen, dan kekuasaan sebagai variabel anteseden terhadap praktek berbagi informasi dan kolaborasi dalam konteks rantai pasok pada saluran distribusi produk kosmetik. Penelitian ini mengusulkan model penelitian untuk mengukur hubungan antara variabel nilai pertukaran sosial, berbagi informasi, kolaborasi, dan kinerja rantai pasok. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian asosiatif, dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif, menggunakan alat analisis partial least squares-path modeling (PLS-PM).
Hasil penelitian menemukan bahwa komitmen berpengaruh signifikan terhadap praktek berbagi informasi dan hubungan timbal balik berpengaruh signifikan terhadap kolaborasi. Berbagi informasi berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja perusahaan melalui kolaborasi rantai pasok yang terbukti berpengaruh terhadap kinerja perusahaan secara signifikan. Hubungan antar mitra dagang pada demand side sangat didasarkan pada besaran keuntungan yang didapatkan dari sebuah hubungan kerjasama. Ketika hubungan tidak terlalu memberikan keuntungan, sekalipun mitra saling percaya dan mau berkomitmen, praktek berbagi informasi dan kolaborasi sulit untuk terbentuk. Selain itu, dukungan teknologi informasi menjadi hal yang sangat krusial dalam praktek berbagi informasi dan kolaborasi rantai pasok.
ABSTRACTLarge market opportunities created high competition in cosmetics industry in Indonesia. Intense competition in cosmetics industry forces companies to be able responding the needs of consumers quickly. In modern business, competition is no longer between organizations, but among supply chains. Supply chain is complex in nature, involving various work flows across trading partners. Two major concerns arise in improving supply chain performance, information sharing and collaborative effort. However, it is necessary to further identify the fundamentals for their implementation in terms of partners' exchange beliefs.This study considers four key social exchange issues; reciprocity, trust, commitment, and power as antecedents of information sharing and supply chain collaboration in distribution channel of cosmetic products. This study thus proposes a research model to examine the relationships among SET-based variables, information sharing and collaboration, and supply chain performance. The method used in this research is associative research method, with a quantitative and qualitative approach and using partial least square-path modeling (PLS-PM).The results of the study reveal that commitment has significant effect in information sharing and reciprocity has significant effect in supply chain collaboration. Information sharing has indirect effect on the firm's performance through supply chain collaboration that has been proved improving firm?s performance. Relations between trading partners on demand side is strongly based on the magnitude of mutual benefits. When the relationship is not very profitable, even though partners trust and commit to each other, the practice of information sharing and collaboration is difficult to form. In addition, information technology support becomes very crucial in the implementation of information sharing practice and collaborative supply chain behaviors.