Sejak awal abad pertama Masehi, Selat Malaka dan kedua daratan di sisinya telah menjadi tumpuan perdagangan dan bisnis antarbangsa. Sebelum bandar-bandar niaga besar terbentuk di sana, Sriwijaya sejak abad ke-7 menjadi pusat perdagangan, pelayaran dan pusat Agama Buddha di Nusantara. Melalui proses yang panjang terbentuklah bahasa penghubung di Nusantara yang dikenal dengan nama Bahasa Melayu. Bahasa Melayu ditulis dalam aksara jawi setelah terjadi Islamisasi di daerah tersebut. Ali Sjahbana menyebutkan bahwa pada abad ke-16 Jan Huygen van Lischoten dari Belanda berkunjung ke Nusantara dan Ia menyebut Bahasa Melayu sebagai bahasa yang terkenal di Dunia Timur.