Latar Belakang: Pemasungan pada penderita gangguan jiwa berat masih terjadi di Indonesia. Tujuan analisis ini adalah mengetahui faktor yang paling dominan terhadap pemasungan orang dengan gangguan jiwa berat di Indonesia, serta mendapatkan gambaran karakteristik keluarganya. Metode: Data yang digunakan adalah data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013. Jumlah sampel rumah tangga (RT) yang dianalisis sebanyak 1655 yang berasal dari 11.896 blok sensus. Informasi mengenai adanya orang dengan gangguan jiwa berat yang dipasung diperoleh melalui wawancara kepada kepala keluarga yang dilakukan petugas yang telah dilatih. Variabel lain yang dianalisis adalah akses ke pelayanan kesehatan, letak geografis, pemukiman, dan status ekonomi keluarga. Data diolah dengan program statistik SPSS versi 21. Analisis yang dilakukan adalah bivariat dan multivariat berupa regresi logistik dengan metode complex samples. Hasil dinyatakan bermakna apabila memiliki nilai kemaknaan p<0,05 dengan indeks kepercayaan 95%. Hasil: Variabel yang mempunyai hubungan paling kuat terhadap pasung adalah status ekonomi rumah tangga yaitu kuintil indeks kepemilikian 1 mempunyai peluang tertinggi (OR suaian 2,32; IK 1,24-; 4,34). Rumah tangga dengan kuintil indeks kepemilikan 2 mempunyai peluang hampir sama (OR suaian 2,15; IK 1,14-4,40). Rumah tangga yang mempunyai tingkat sosial ekonomi rendah lebih banyak memiliki masalah ketidaktahuan adanya fasilitas kesehatan dan hampir setengah dari RT tersebut bertempat tinggal di perdesaan. Kesimpulan: Berdasarkan Riskesdas 2013, faktor yang paling berperan terhadap pasung di Indonesia adalah status ekonomi rumah tangga. Faktor ini ditambah dengan ketidaktahuan fasilitas kesehatan dan tempat tinggal yang jauh dari perkotaan. Saran: Pengetahuan keluarga penderita, ketersediaan obat-obatan dan akses ke fasilitas kesehatan yang mudah akan mendorong kepatuhan pengobatan dan mengurangi kecenderungan pemasungan orang gangguan jiwa.