UI - Makalah dan Kertas Kerja :: Kembali

UI - Makalah dan Kertas Kerja :: Kembali

Pergeseran makna kata warui = The semantic shift of the word warui

Fazatia Nindya Sasmi; Lea Santiar, supervisor (Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014)

 Abstrak

Makalah ini akan membahas penggunaan kata warui yang berarti meminta maaf dalam bahasa Jepang sehari-hari. Kata warui ini telah mengalami perluasan makna, yaitu yang awalnya bermakna jelek, jahat, bersalah, dan berdosa; menjadi permintaan maaf. Permasalahan yang dibahas dalam makalah ini adalah siapa, apa, dan bagaimana penggunaan kata warui dalam konteks permintaan maaf. Sumber data diperoleh dari serial kartun Jepang (anime) yang berjudul Slam Dunk yang kemudian dianalisis dan disimpulkan.
Hasil penelitian dalam makalah ini dibagi berdasarkan keadaan sosial di sekitar konteks penggunaannya, seperti jenis kelamin, umur, situasi, dan hubungan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih banyak laki-laki yang menggunakan warui sebagai permintaan maaf daripada perempuan, umur yang mengucapkannya adalah sekitar 16 sampai 18 tahun, situasinya adalah informal, dan dalam konteks pertemanan sehari-hari.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa penutur kata warui ini biasanya lelaki, anak muda, dan dikatakan kepada orang yang umurnya sama atau lebih muda. Selain itu, dapat disimpulkan juga konteks penggunaan warui sebagai permintaan maaf yang diucapkan karena penyesalan, tidak tepat waktu, penolakan atas suatu ajakan atau tawaran, dan basa-basi.

This paper discusses the use of word warui which means an apology in Japanese colloquial language. The word warui has undergone the extension of its meaning, from which was originally meant bad, evil, fault, and sinful to be an apology. The problem which is discussed in this paper is about who, what, and how the word warui is used. The source of data was obtained from Japanese cartoon animation (anime) titled Slam Dunk. Then, it was analyzed and concluded.
The result of this paper is divided by social circumstance on the context of its use, such as sex, age, situation, and relation. Then, the results are that men are likely to use warui as an apology than women; the range of the age is around sixteen years old to eighteen years old; the situation is informal; and the relation is usually in daily friendship.
So, it can be concluded that the speakers of this word warui are usually men, young people and said to the person who have the same age or younger than the speakers. Besides, it can be concluded that the context of warui as apology which is spoken is caused by the feeling of regret, unpunctuality, refusal of an invitation or an offer and courtesy.

 File Digital: 1

Shelf
 MK-Fazatia Nindya Sasmi.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

Jenis Koleksi : UI - Makalah dan Kertas Kerja
No. Panggil : MK-Pdf
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Program Studi :
Subjek :
Penerbitan : Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan :
Tipe Konten :
Tipe Media :
Tipe Carrier :
Deskripsi Fisik : 24 hlm.
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
  • Sampul
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
MK-Pdf 11-24-64227637 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20368937
Cover