ABSTRAKTesis ini membahas patentabilitas invensi di bidang farmasi yang mengandung
sifat “evergreening” berdasarkan Putusan Mahkamah Agung India dalam perkara
Novartis Melawan Union of India. Sifat “evergreening” yang dimaksud di dalam
penelitian ini adalah praktik permohonan paten atas invensi di bidang farmasi atau
obat-obatan yang merupakan hasil modifikasi minor yang bersifat tidak signifikan
dibandingkan dengan invensi sejenis sebelumnya. Tujuan utama hal tersebut
adalah untuk memperpanjang jangka waktu perlindungan paten yang berimplikasi
pada meningkatnya harga jual obat di pasaran. Penelitian ini penting karena
permasalahan praktik paten “evergreening” ini berimplikasi pada menghalangi
tujuan keberadaan paten sebagai alat diseminasi ilmu pengetahuan karena praktik
ini memperpanjang jangka waktu kepemilikan hak monopoli temporer dari paten,
dan juga berpotensi menghambat kesejahteraan masyarakat di bidang kesehatan
karena menghalangi akses masyarakat kepada obatan-obatan dengan harga
terjangkau. Penelitian ini menggunakan metode perbandingan. Metode penelitian
tersebut digunakan untuk mengetahui perbedaan karakteristik aturan syarat
patentabilitas invensi antara UU Paten India dengan TRIPs dan UU Paten
Indonesia. Perbedaan karakteristik inilah yang mengakibatkan India telah
mengantisipasi pengaturan syarat patentabilitas invensi yang mengecualikan paten
untuk invensi yang mengandung sifat “evergreening” dengan menerapkan standar
syarat patentabilitas yang tinggi dibandingkan dengan UU Paten Indonesia.
Ketiadaan antisipasi pengaturan di dalam UU Paten Indonesia ini yang untuk
kemudian dicari solusinya, sehingga penulisan ini tidak hanya bermanfaat dalam
tataran pengembangan teoritis tetapi juga bermanfaat bagi Pemerintah Indonesia
dalam menyusun aturan hukum yang substansinya mengantisipasi pengaturan
yang mencegah praktik paten “evergreening” di Indonesia.
ABSTRACTThis thesis discusses the patentability of pharmaceutical inventions that contains
"evergreening" properties by the Indian Supreme Court decision in the case
Novartis AG versus Union of India. The meaning of "evergreening" in this
research is the practice of patent applications in the fields of pharmaceuticals or
drugs which is the result of invention minor modifications that are insignificant
compared with previous similar invention. The main purpose of it is to extend the
term of patent protection that has implications for increasing the selling price of
the drug on the market. This study is important because it concerns the practice of
patent "evergreening" which implies hinder the existence of patent as a tool of
dissemination of knowledge, and also potentially hinder the welfare of society in
the field of public health for blocking access to medicines drugs at affordable
prices. The writer uses comparison method. The research method used to
determine differences in the characteristics of the invention patentability
requirement rules between the Indian Patents Act with TRIPS and the Indonesia
Patent Law. This differences characteristic has resulted that India had anticipated
setting requirements to exclude the patentability of inventions that contain
properties "evergreening" by applying higher standard of patentability
requirements than the Indonesian Patent Law. The absence of regulation in
anticipation of the Patent Law of Indonesia is to then find the solution, so the
writing is not only useful in the development of a theoretical level but also
beneficial to the Government of Indonesia in developing the rule of law which
substantially prevents patent "evergreening" practice in Indonesia.