ABSTRAKPiutang negara atau hutang kepada negara berdasarkan Undang-Undang Nomor 49 Prp.
Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) Pasal 8 adalah sejumlah uang
yang wajib dibayar kepada negara atau badan-badan yang baik secara langsung atau tidak
langsung dikuasai oleh negara berdasarkan suatu peraturan, perjanjian atau sebab apapun.
Pengurusan piutang negara yang macet pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti
yang terjadi di PT. (Persero) Asuransi Kredit Indonesia pada awalnya telah dilakukan
dengan membuat perjanjian kerjasama antara PT. Askrindo dengan Badan Urusan Piutang
Dan Lelang Negara (BUPLN) tanggal 23 Juli 1994. Perjanjian Kerjasama Pengurusan Hak
Subrogasi tersebut dibuat dengan memperhatikan ketentuan Undang-Undang No. 49 Prp.
Tahun 1960 tentang PUPN. Namun, dikarenakan adanya putusan Mahkamah Konstitusi
atas perkara Nomor 77/PUU-IX/2011 tanggal 25 September 2012, PUPN (dahulu
BUPLN) tidak berwenang lagi melaksanakan tugas pengurusan piutang BUMN, piutang
BUMD, dan piutang badan usaha yang modalnya sebagian atau seluruhnya dimiliki
oleh BUMN/BUMD dan mengembalikan pengurusan piutang BUMN, piutang BUMD,
dan piutang badan usaha yang modalnya sebagian atau seluruhnya dimiliki oleh
BUMN/BUMD yang telah diserahkan kepada masing-masing BUMN/BUMD.
Pengembalian pengurusan piutang tersebut, mengakibatkan PT. Askrindo menghentikan
kerjasama pengurusan piutang dengan DJKN (dahulu BUPLN) dan melakukan pengurusan
piutang perseroan melalui mekanisme korporasi sesuai instruksi Pemerintah kepada semua
BUMN dan BUMD.
ABSTRACTState receivables or debt to state subject to Law Number 49 Prp of 1960 on State
Receivable Committee (PUPN) Article 8 mean certain amount of fund payable to the state
or authorities, directly or indirectly controlled by the state pursuant to regulation,
agreement or others. Management of bad state receivable with State Owned Enterprise
(SOE) as in the case of PT (Persero) Asuransi Kredit Indonesia is initially made through
agreement between Askrindo and Badan Urusan Piutang Dan Lelang Negara (BUPLN) on
July 23 1994. The Agreement on Settlement of Subrogation Right is made by taking into
account the provisions of Law No. 49 Prp. Of 1960 on PUPN. However, with respect to
decision of Constitutional Court with regard to the case Number 77/PUU-IX/2011 on 25
September 2012, PUPN (formerly BUPLN) ceases to have the authority to carry out the
administration of SOE receivables, SOE receivables and receivables of any business entity
which part or all capital is owned by State Owned Enterprise / Local Enterprise and
reassign the administration of receivables of SOE, SOE receivables and receivables of
business entity which part or all capital is owned by State-Owned Enterprise/Local
Enterprise which has been assigned to each State-Owned Enterprise /Local Enterprise. The
re-assignment of receivable administration causes PT. Askrindo terminae the joint
cooperation of receivable administration with DJKN (formerly BUPLN) and carry out the
administration of corporate receivables through the corporate procedures as per
instructions of Government to all State Owned Enterprise and Local Enterprise (BUMN
and BUMD).