Tesis ini membahas problematika dan dinamika industri kakao di Indonesia mulai dari petani yang berada di hulu rantai produksi kakao hingga industri hilir yang memproduksi cokelat dan kakao olahan menjadi produk yang siap dikonsumsi maupun diekspor. Potensi dan masalah daya saing industri kakao dianalisa dengan pendekatan model nine factor. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jenis penelitian deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukan potensi industri kakao Indonesia memiliki indikasi yang baik. Dapat dikategorikan enam faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap pengembangan daya saing industri kakao Indonesia yaitu faktor kebijakan pemerintah, ketersediaan bahan baku, keberadaan tenaga ahli dan peneliti kakao. Selanjutnya dari sisi lingkungan bisnis faktor yang mempengaruhi adalah Infrastruktur, Konsumsi cokelat dalam negeri dan Masuknya investor asing. Dalam meningkatkan daya saing diformulasikan tiga upaya yang dapat dilakukan melalui sinergi multi kementrian, wajib fermentasi, dan mikro klaster ditingkat kabupaten.
This Thesis examines the problems and dynamics of the cocoa industry in Indonesia. Ranging from farmers in cocoa production chain upstream to downstream industries that produce chocolate and cocoa into finished products, ready for consumption and export. Potential and competitiveness of the cocoa industry analyzed with Nine Factor model approach. This study used a qualitative research, with descriptive type of research.
Result from these research shows Indonesian cocoa industry has a good indication. Six factor can be categorized significantly influence the development of Indonesian cocoa industry competitiveness. The factors are government policy, the availability of raw materials, the presence of cocoa experts and researchers, infrastructure, chocolate consumption in domestic market and the entry of foreign investors. In improving competitiveness of the cocoa industry to boost foreign exchange earnings and domestic economy, formulated three attempts through the synergy of multi ministerial, mandatory fermentation, and micro-cluster at the regency level.