Kemajuan yang dicapai dari hasil teknologi arsitektur bangunan
merupakan hasil perpaduan antara kemajuan dibidang konsruksi,material
dengan kebutuhan-kebutuhan manusia yang cenderung berkembang.
Peran arsitek sangat mentukan di dalam berbagai proses perencanaan
dan perancangan arsitcktur bangunan. .
Sejalan dengan pandangan arsitek William Pena, (1977) yang
menyatakan bahwa ? proses perencanaan dan perancangan arsitektur,
termasuk dalam salah satu kegiatan berpikir kreatif, dimana di dalamnya banyak melibatkan kemampuan berpikir dua arah yaitn antara verbal dan visual yang digunakan secara bergantian dan seimbang ?_
Kemampuan berpikir dua arah yang berbeda identik dengan
kemampuan berpikir transformasi kreatif. Penjelasan ini banyak
menggunakan dasar-dasar teori otak, kreativitas serta teori dari
perencanaan dan perancangan arsitektur.
Untuk mengungkapkan hal tersebut penelitian ini merumuskan
masalah sebagai berikut: (1) apakah ada hubungan yang signifikan
antara kemampuan berpikir trausformasi kreatif dengan prestasi belajar
di bidang perencanaan dan perancangan arsitektur bangunan, (2) apakah
ada perbedaan yang signifikan antara laki-lal-ci dengan perempuan
terhadap kemampuan berpikir transformasi kreatif di Indonesia.
Untuk menjawab permasalahan tersebut, peneliti menggunakan
metode korelasi, dengan subyek penelitian diambil dari mahasiswa dan
mahasiswi fakultas teknik arsitektur di Universitas PANCASILA,
Serengseng, dengan besarnya sampel 100 orang dengan perbandingan
antara laki-laki 56 dan percmpuan 44
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa: (1) korelasi yang
dihasilkan antara kemampuan berpikir transformasi kreatif dengan
prestasi belajar dibidang perencanaan dan perancangan arsitektur
bangunan sebesar 0,63 hingga 0,68, (2) tidak terdapat perbedaan yang
signifrkan antara laki-laki dengan perempuan terhadap kemampuan
berpikir transformasi kreatif. Di dalam penelitian ini juga ditemukan
adanya ketidakseimbangan antara kemampuan berpikir transformasi
keatif dari visual ke verbal dengan verbal ke visual, hal ini diduga
karena sistem belajar yang kurang memperhatikan terhadap kemampuan
berpikir transformasi kreatif. Dari fakta yang ditemukan di lapangan
sebagian besar waktu pembelajaran banyak digunakan pada kemampuan
berpikir transformasi kreatif dari visual ke verbal jika dibandingkan
dengan dari verbal ke visual.
Bertitik tolak dari temuan penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan
bahwa kemampuan berpikir trausformasi kreatif memiliki korelasi yang
cukup tinggi terhadap prestasi belaiar di bidang perencanaan dan
perancangan arsitektur banguanan, serta tidak ada perbedaan antara laki-laki dengan perempuan terhadap kemampuan berpikir transfonnasi
kreatif. Satan-saran yang diajukan adalah: (1) kemampuan berpikir
transformasi kreatif selayaknya mendapat perhatian di dalam proses
belaiar disamping pada bidang perencanaan dan perancangan arsitektur
juga tidak menutup kemungkinan untuk segala bidang ilmu yang lebih
luas, (2) apabila peneliti lain ingin menggunakan alat tes kemampuan
berpikir transformasi kreatlf ini untuk keperluan yang dikaitkan dengan
bidang-bidang lainnya, hendaknya patut diperhatikan validitas dan
reliabilitasnya. ( mengingat keterbatasan peneliti di dalam merancang
alat ukur kemampuan berpikir transformasi kreatif baru menjangkau
internal validity dan belum sampai kepada external validity).