ABSTRAKSebagian besar peneliti menyatakan pasien dengan clubfoot idiopatik yang ditatalaksana dengan metode Ponseti memberikan hasil baik. Kekurangan metode Ponseti adalah angka rekurensi yang relatif tinggi. Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif yang dilakukan di Poliklinik Orthopaedi Rumah Sakit Ciptomangunkusumo pada tahun 2007 - 2010. Studi ini menunjukkan hanya variabel wilayah tempat tinggal yang mempengaruhi luaran skor Pirani dengan nilai OR 21,60 (95% IK 2,39 – 195,29). Jarak yang jauh dari tempat penyedia fasilitas kesehatan, membuat orang tua pasien mengalami keberatan untuk kontrol rutin. Hal tersebut menyebabkan penatalaksanaan yang tidak optimal sehingga menyebabkan hasil akhir yang kurang baik. Jarak tempat tinggal terhadap tempat layanan kesehatan, berpengaruh terhadap luaran penatalaksanaan Ponseti pada kasus clubfoot di RSCM.
ABSTRACTMost of the researchers said that patients with idiopathic clubfoot treated by the Ponseti method give good results. However, this method has the disadvantage which is a relatively high recurrence rate which influenced by cultural factors. The study design is retrospective cohort study conducted at the outpatient setting in Ciptomangunkusumo Hospital from 2007 to 2010. This study showed that only the residential distance to the health facility that influence the value of Pirani score outcome OR 21.60 (95% CI 2.39 to 195.29). Patients living far from health facility, tend to miss routine control. This leads to sub-optimal management causing unfavorable outcome. The residential distance to the health service, influence the outcome of the Ponseti treatment of clubfoot cases in the hospital.