Dalam skripsi ini penulis bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai pemahaman, pengalaman, serta bentuk-bentuk pelecehan seksual terhadap perempuan pengguna jasa kereta api. Gambaran tersebut dapat diperoleh terlebih dahulu dengan melihat bagaimana pemahaman perempuan terhadap pelecehan seksual yang diketahuinya yang kemudian berlanjut terhadap pengalaman sebagai korban pelecehan seksual di kereta api dan bentuk-bentuk pelecehan seksual yang teijadi. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif terhadap lima orang informan yang merupakan pengguna jasa kereta api ekonomi Bogor-Jakarta-Bogor. Penulis melakukan wawancara mendalam kepada informan untuk memperoleh data dengan di dukung oleh pengamatan langsung di lokasi penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori yang digolonggkan oleh Liz Kelly. Yaitu bentuk-bentuk perilaku pelecehan seksual, terbagi atas tiga bentuk, bentuk pertama yaitu bentuk visual: tatapan yang mengancam, gerak-gerak yang bersifat seksual. Bentuk yang kedua bentuk verbal: siulan-siulan, gossip, gurauan seksual, pernyataan yang bersifat mengancam, dan yang ketiga bentuk fisik : menyentuh , mencubit, menepuk-nepuk, menyenggol dengan sengaja, mendekatkan did tanpa diinginkan. Dari penelitian yang dilakukan, beberapa informan menyatakan bahwa bentuk pelecehan seksual yang terjadi di dalam kereta api adalah bentuk pelecehan fisik, dikarenakan informan merasa mereka tidak dihargai dan dipermalukan di depan umum. Begitu juga dengan pemahaman yang di bagi dua yaitu pemahaman umum yang tidak mengacu pada satu jenis perilaku atau tindakan yang spesifik, sedangkan pemahaman khusus ditempatkan pada konteks yang berbasis gender. Para informan memahami dengan melihat dari perilaku pelecehan seksual yang dialami oleh mereka di dalam kereta api. Sedangkan pengalaman informan terhadap pelecehan seksual, banyak ragamnya tetapi yang sering mereka alami adalah dalam bentuk fisik dan tidak hanya satu jenis tindakan pelecehan saja yang dialami oleh informan , ada juga yang mengalaminya lebih dari satu kali, dan dengan pengalamannya ini para informan tidak menjadi trauma atau takut untuk naik kereta, tetapi informan hanya memilih tempat yang lebih aman.