Industri otomotif di Indonesia selama ini belum dapat menciptakan
merknya sendiri, tetapi sudah mampu memegang lisensi untuk memproduksi
merk-merk dagang otomotif. Ini berarti industri kita sudah dapat mencapai standar
yang ditetapkan, tinggal bagaimana kita dapat terus menghasilkan produk
berkualitas sesuai standar. Demikian halnya dengan PT. GKD, sebagai salah satu
perusahaan subkontraktor yang memproduksi chasis dan frame truk dituntut untuk
selalu dapat menghasilkan produk sesuai dengan tuntutan pelanggan. Dalam hal
ini salah satu pelanggan, Hino, menginginkan produk yang mereka pesan terjaga
kualitasnya agar dapat bersaing dengan produsen yang lain. Oleh karena itu perlu
dilakukan perbaikan pada proses untuk tetap dapat menghasilkan produk sesuai
dengan standar.
Diperlukan suatu studi kelayakan terhadap mesin untuk proses
pembuatan lubang oval pada frame truk. Untuk melakukan perbaikan proses
diperlukan analisa untuk pengambilan keputusan, apakah harus dengan
menginvestasi mesin baru. Dalam studi kelayakan ini telah dilakukan
pengumpulan dan pengolah data dan analisa terhadap aspek pasar, aspek teknis
dan aspek keuangan. Untuk aspek pasar dilakukan dengan mengumpulkan data
permintaan terhadap produk dari production & planning control dan kemudian
melakukan forecasting terhadap permintaan tersebut untuk jangka waktu tiga
tahun kedepan. Dalam meneliti aspek teknis dilakukan observasi untuk
mengetahui kekurangan-kekurangan yang ada pada proses saat ini untuk dicarikan
pemecahan, kemudian juga studi mengenai mesin yang cocok untuk melakukan
proses pembuatan lubang oval tersebut. Untuk aspek keuangan, data-data dari
business development PT. GKD mengenai rate mesin/jam, biaya perawatan,
depresiasi, biaya tidak langsung dsb. dikumpulkan untuk memperkirakan besarnya
pendapatan yang akan diperoleh. Hasil dari peramalan permintaan produk dan
data keuangan yang ada diolah kemudian untuk dapat menghitung parameter
kelayakan keuangan seperti NPV, IRR, PI dan payback period.
Dari analisis yang dilakukan secara umum investasi ini dikatakan layak,
namun jika terjadi penurunan laba operasi 10 % saja investasi dapat dikatakan
tidak layak karena nilai IRR
terjadi penurunan laba operasi 20%.