Dunia kini mulai beralih dari paradigma Mekanikal ke paradigma Elektronik. Paradigma baru ini memberikan tantangan yang kuat terhadap Arsitektur karena paradigma baru ini mendefinisikan reality dalam bentuk media dan simulasi, menghargai appearance lebih daripada existence, what can be seen over what is.
Muncul pertanyaan-pertanyaan yang membuat perngertian ruang maupun Vision kita terhadap ruang, kian rumit untuk dimengerti.
Banyak teoritisi yang menawarkan pemikiran baru terhadap Space. Salah satunya adalah seorang ahli filsafat bernama Gilles Deleuze yang memperkenalkan teori The fold". Bagi Deleuze, Folded Space memberikan artikulasi baru terhadap hubungan antara horizontal dan vertikal, figure dan ground, dalam dan luar, la memperkenalkan cara pandang baru terhadap struktur-struktur yang sebelumnya diartikulasikan dengan pandangan tradisional. Tidak seperti pengertian ruang dalam pandangan lama, ide Folded Space tidak mengenal framing sebagai modulasi temporal.
Ide "folding" dari Deleuze ini lebih radikal dibandingkan dengan origami, karena ia mengandung sebuah kualitas dari °apa yang tidak terlihat", la bukan hanya menyangkut lipatan-lipatan pada materi.
Dalam Folded Space, banyal hal yang dilibatkan maupun yang terkandung di dalamnya. Untuk menjelaskan apa yang terlibat maupun yang terkandung di dalamnya, kita harus dapat terlebih dahulu mangupas pertanyaan-pertanyaan umum terhadap space, time, Vision, teknologi dan arsitektur yang bersangkutan dengannya.
Perngertian Fold dari Deleuze inilah yang kemudian banyak dijadikan sebagai dasar bagi para arsitek dan teoritisi lainnya untuk mendeinisikan ruang. Para arsitek dan teoritisi tersebut antara lain adalah Peter Eisenman dan Greg Lynn.