ABSTRAK
Dunia otomotif Indonesia akhir - akhir ini kembali marak dengan adanya Inpres no.2 / 1996 yaitu tentang Tinjauan & Analisis Aspek Ekonomi Dan Politis Kebijaksanaan Otomotif Nasional. Salah satunya adalah Tingkat Kandungan Lokal ( Local Content ) yang dalam ketentuannya keharusan penggunaan komponen lokal.
Peningkatan tingkat kandungan lokai adalah salah satu cara untuk meningkatkan kemandirian industri otomotif di indonesia.
Tetapi didalam pelaksanaannya, terdapat kerancuan dalam penetapan'
lokal ?dan 'non-Iokal' bagi suatu jenis produk. Senngkah kerancuan ini merupakan celah bagi prodsen untuk mengejar tujuan jangka pendek seperti yang banyak dijumpai didalam praktek.
Menghitung kandungan Iokal berdasarkan persentase jumlah komponen yang diproduksi lokal tanpa memperhatikan bobot dan tiap-liap komponen juga bukan merupakan target yang baik sebab akan mendorong produsen cenderung lari dari orientasi transfer teknoiogi. manghindarkan diri dari aktivitas R&D, yang dalam jangka panjang akan mengakibatkan industri yang bersangkutan semakin tertinggal dari industri otomotif dunia.
Dengan penerapan sistem nilai tambah dan klasifikasi komponen berdasarkan sistem ABC ini, diharapkan perusahaan akan terpacu untuk menggeluti industri manufaktur yang sesungguhnya yang sarat dengan aktivitas rekayasa. Bukan hanya sekedar menjadi tukang jahit saja, sehingga ketika era perdagangan bebas dimulai industri manufaktur Indonesia mampu bersaing secara global.