Teks Babad Balambangan ini merupakan suatu tulisan 'ilmiah' tentang sejarah daerah Banyuwangi, yang ditulis oleh R.T.A. Natadiningrat, Bupati Banyuwangi, pada tahun 1914. Teks terdiri atas dua bagian. Menurut catatan Dr. H. Djajadiningrat dalam Notulen 57 (1919): 96-97, bagian pertama merupakan ikhtisar sejarah Balambangan dan Banyuwangi, disusun berdasarkan sumber-sumber Jawa maupun Belanda. Dalam mengarang buku ini Natadiningrat dibantu oleh Tuan T. Ottolander. Teks dimulai dengan cerita Menak Dopak, Raja Balambangan, pada tahun 1234 Jawa (1312 Masehi). Cerita Menak Jingga dan Damarwulan juga termasuk dalam teks ini. Diakhiri dengan uraian tentang beberapa peristiwa penting jaman moderen, serta nama para Bupati Banyuwangi sampai pada penulis sendiri, pada tahun 1915 Masehi. Bagian kedua, yang mungkin lebih penting dan menarik, merupakan catatan etnologis tentang masyarakat Banyuwangi beserta kebiasaan dan adatnya, sampai dengan kekhasan dialeknya. Bagian penutup berupa daftar kata dialek Banyuwangi yang sama sekali berbeda dengan padanannya dalam bahasa Jawa baku maupun bahasa Madura. Naskah ini disalin oleh Th. Pigeaud sendiri dari naskah KBG 607, pada tahun 1927. Penyalinan kemungkinan dilakukan di Surakarta. Anehnya, walaupun naskah babon ditulis dengan huruf Latin, namun di dalam salinannya Pigeaud memakai aksara Jawa. Pada tahun 1929, staf Pigeaud mengadakan penyalinan bagian teks yang ada kaitan dengan dialek dan bahasa (h.23-37). Salinan beraksara Latin tersebut akan dipakai sebagai bahan penyusunan kamus Jawa baru. Lihat FSUI/SJ.30, 31, dan 32 untuk salinannya. Masih berkaitan dengan pembuatan kamus tersebut, pada bagian sebelah kiri terdapat kata-kata beraksara Latin yang merupakan alih aksara dari kata-kata berak-sara Jawa yang digarisbawahi Pigeaud, yaitu untuk nama-nama tempat dan nama-nama tokoh yang terdapat dalam naskah. Nama-nama ini dikumpulkan untuk pembuatan buku onomastikon, yaitu indeks nama tokoh dan tempat yang ditemukan dalam teks-teks Jawa. Sayang sekali bahwa indeks nama itu tidak pernah rampung, dan penelitian Pigeaud banyak yang mubasir karena pendudukan Jepang dan hilangnya arsip Pigeaud.