Pada dasarnya fokus pembahasan dalam skripsi ini adalah mengenai struktur kebijaksaaan stabilisasi di Indonesia, dengan penekanan utama tanggapan kebijaksanaan terhadap goncangan (shock) internal dan eksternal. Dan kebijaksanaan makroekonomi dan permintaan serta penawaran mempengaruhi beberapa instrumen kebijaksanaan (monetary dan kredit). Mekanisme transmisi ketidakseimbangan stok uang yang mempengaruhi perekonomian melalui tingkat bunga, harga atau ketidakseimbangan stok uang yang masuk secara langsung dalam fungsi arus kelebihan permintaan. Keynesian tradisional menekankan pada transmisi tingkat bunga, sedangkan Monetarist terutama memfokuskan masalah harga dan "real balance effect". Baik Keynesian maupun Monetarist bekerja dalam kerangka keseimbangan. Pada topik ini digunakan variabel ketidakseimbangan moneter yang berpengarub langsung terhadap pasar barang. Ketidakseimbangan moneter dapat dihilangkan melalui perubahan dalam harga, output atau neraca pembayaran. Kemudian setelah terjadi keseimbangan dipulihkan melalui mekanisme tertentu tergantung pada beberapa variabel lain, seperti penggunaan kapasitas yang ada, hambatan perdagangan dan perkembangan harga relatif. Untuk itu digunakan pendekatan moneter terhadap neraca pembayaran, dengan periode studi 1976 - 1990. Model ekonometri digunakan untuk meng'etahui determinan dari ketidakseimbangan moneter. Ketidakseimbnagan moneter merupakan ketidaksesuaian antara saldo nilai real aktual dengan yang diinginkan, dan diasumsikan sebagai fungsi dari 'expected value real absorption', tingkat bunga, harga domestik. Meningkatnya ketidakseimbangan moneter (uang beredar) mempengaruhi harga tergantung dari besarnya kapasitas peningkatan output atau impor dan demikian meningkatkan pengeluaran domestik absorption'), di samping berpengaruh terhadap impor. dengan ('real volume Dalam perekonomian yang terbuka seperti Indonesia, uang primer terdiri dari aktiva dalam negeri netto atau kredit domestik dan aktiva luar negeri netto. Aktiva dalam negeri netto secara umum dapat dikendalikan Otoritas Moneter melalui kebijaksanaan kredit. Namun aktiva luar negeri netto tidak dapat secara langsung dikendalikan oleh Otoritas Moneter. Untuk mengetahui apakah kredit domestik dapat dikendalikan, digunakan model ekonometri dalam bentuk persamaan yang terdiri dari inflasi domestik, neraca perdagangan dan fungsi reaksi kredit domestik ('reaction function for domestic credit'). Kemudian nilai tukar digunakan sebagai peralatan umum dari demand management dan disesuaikan dalam reaksi untuk perubahan neraca perdagangan dan perubahan dalam tingkat inflasi domestik relatif terhadap inflasi dunia (karena pemerintah mencoba menggunakan nilai tukar untuk menjaga harga domestik sejalan dengan adanya pengaruh harga barang impor). Pada periode di mana terjadi domestic supply shock, money demand shock, dan term of trade shock, nampaknya kebijaksaan nilai tukar dan kredit dapat secara efektif digunakan.