ABSTRAKSebagai propinsi terpadat ketiga di Indonesia yang sebagian daerahnya
merupakan tanah kritis dan tergolong wilayah khusus, yaitu pada musim hujan
banjir dan pada musim kemarau kekeringan, propinsi Jawa Tengah merupakan
contoh keadaan daerah yang telah melampaui batas daya dukung lingkungannya.
Kondisi kehidupan manusianya yang kurang baik tercermin dari
masih tingginya tingkat kematian Wayi. Berdasarkan hal-hal tersebut maka
yang ingin diketahui adalah faktor apakah yang menyebabkan tingginya
tingkat kematian bayi.
Faktor-faktor yang dibahas mencakup faktor fisik, yaitu iklim, curah
hujan, prospek dan potensi air tanah, dan suniber air minum. Faktor sosial
mencakup pendapatan per kapita daerah, persentase baca tulis latin golongan
perempuan, jumlah puskesmas dan faktor kerapatan jalan. Data yang
digunakan mayortias data tahun 1980 sedangkan data fisik tidak terikat
tahun karena data fisik lainban berubah.
^fa kItX or fiskk omreemlpausniy apie tah udbaunn gakno ryealnagsi tisdtaakt ilsatnigk sudnigp edreonlegha n hatsiinlg kabath wkae maktairaenna
bayi, maka diperoleh hubungan yang lemah antara faktor fisik dan tingkat
kematian bayi. Sebaliknya faktor sosial, khususnya tingkat pendapatan per
kapita suatu daerah cenderung menunujukkan hubungan yang kuat terhadap
tingginya tingkat kematian bayi, yaitu semakin tinggi pendapatan per kaoita
suatu daerah, semakin rendah tingkat kematian bayinya. Hasil lain yang
ditunjukkan ialah bahwa faktor fisik suatu daerah tidak terlalu mempenqaruhi
tingginya tingkat kematian bayi. Bila suatu daerah mempunyai iklim
yang kering, tanah yang kurang subur, potensi air tanah yang rendah dan
hal-hal Tain yang kurang menunjang suatu pertanian yang baik, tetapi bila
daerah tersebut mempunyai pendapatan per kapita yang tinggi, maka tingkat
kematian bayi daerah tersebut tetap akan rendah. Demikian juga bila Ladaan
pertanian baik karena ditunjang keadaan fisik lingkungan yang baik
tetapi karena pendapatan per kapita rendah maka tingkat kematian bavi akan
tinggi juga.