Eufemisme adalah penggunaan kata atau beberapa kata yang diperlembut, disamarkan dan terselubung untuk menggantikan kata atau kata-kata yang tidak pada tempatnya, kasar dan menyinggung (Van Dale, 2005: 970); contohnya: penggantian penggunaan kata bejaarden manula, jompo_ dengan kata ouderen _orang-orang tua_ atau senioren orang-orang senior. Skripsi ini akan membahas tentang penggunaan eufemisme dalam konteks politik dengan menggunakan korpus berupa 20 ujaran-ujaran langsung politikus Belanda yang dimuat dalam artikel politik majalah Vrij Nederland. Eufemisme akan dianalisis dari tujuan penggunaannya, proses pembentukannya, dan makna eufemisme tersebut dalam konteks politik. Untuk menganalisis data, antara lain digunakan teori dari De Coster (2001: 14-16) serta Reinsma (1992: 32-35) mengenai tujuan penggunaan eufemisme dan proses pembentukannya. Dari hasil analisis data ditemukan bahwa bentuk eufemisme yang paling banyak digunakan adalah eufemisme dalam bentuk kata. Proses pembentukan yang paling banyak digunakan adalah proses yang menggunakan bentuk yang samar dengan pendeskripsian minimal. Tujuan penggunaan eufemisme terbanyak yang ditemukan dalam korpus adalah untuk menjaga perasaan orang yang dimaksud agar tidak tersinggung. Selain itu, eufemisme dapat mengalami perubahan makna dari waktu ke waktu. Kata yang dahulu dianggap sebagai eufemisme, kini atau di masa yang akan datang, dapat bermakna biasa apabila terdapat istilah-istilah baru yang dianggap lebih baik untuk menggantikan kata tersebut.