Jitsugaku adalah cara berfikir pragmatis orang Jepang. Menurut Minamoto pemikiran inilah yang mendasari modernisasi Jepang bermula dari zaman Edo, Meiji, dan zaman setelah Perang Dunia ke dua sampai sekarang. Keberadaan Jepang dengan ke majuan ekonomi seperti yang terlihat sekarang ini bukanlah merupakan hal yang secara tiba-tiba muncul di dalam masyarakat Jepang, melainkan sudah ada sejak zaman Kinsei atau pra modern. Menurut Minamoto, pemikiran ala Jepang ini bersumber pada ajaran Konfusianisme yang banyak berorientasi pada kenyataan hidup yang senantiasa mengejar keuntungan. Dikatakan pula, bahwa Jitsugaku atau pemikiran pragmatis Jepang bersifat yuyoosei, yakni pemikiran atau pandangan yang bermanfaat langsung, pada saat itu. Jitsugaku bukan merupakan pemikiran yang konstan, melainkan pemikiran yang selalu bergerak mengikuti zaman, masyarakat, dan pandangan-pandangan nilai yang berlaku. Jitsugaku yang dianut oleh orang Jepang sekarang banyak mengambil paham dari seorang tokoh pendidikan Jepang yang terkenal di zaman Meiji, yaitu Fukuzawa Yukichi yang berkiblat pada pemikiran Barat. Sejak zaman Meiji (1867) paham pragmatis Barat banyak masuk ke Jepang. Tetapi Jitsugaku Jepang tidak identik dengan pragmatisme Barat karena bagaimanapun juga masing-masing negara telah memiliki latar belakang tradisi yang berbeda-beda. Jitsugaku lebih mementingkan faktor empirikal atau pengalaman daripada faktor transendental atau paham di luar pengalaman manusia.