Disertasi ini meneliti persoalan ilusi dalam seni, khususnya pada seni visual. Berangkat dari gagasan ilusi dalam seni visual (lukis, gambar, patung dll.) sebagai bagian dari apresiasi terhadap karya seni, disertasi ini mencoba melihat sisi positif dan kebaikan ilusi dalam seni visual sebagai fakta ontologis, sebagai bentuk kreativitas dari persepsi dan pikiran, sebagai cara berbeda dalam melihat realitas visual dan melihat dunia. Penelitian terhadap seni visual melalui teori teori seni visual ( Gombrich, Arnheim dan Langer) dan diikuti dengan teori-teori seni secara umum (dari mimesis hingga ke simulasi), dimaksudkan untuk menemukan sisi positif dari ilusi, untuk membuktikan dua tingkat ilusi dalam pengalaman visual maupun dalam persepsi dan kognisi, yang ikut membentuk pandangan dunia yang berbeda di antara individu manusia. Dua tingkatan ilusi ini dibuktikan keduanya dapat digunakan sebagai sarana pendidikan dan politik berbasis perbedaan estetik.
This dissertation examined illusion in art, especially on visual art. Starting from the idea of illusion in visual art (paintings, drawings, sculpture, etc.) as a part of appreciation to works of arts, this dissertation tries to promote and prove the positive side and the beneficial of illusion of visual art as an ontological facts, as creativity of the perception and mind, as the different way of seeing the visual reality and the world. The examinations on visual arts through visual arts theory (Gombrich, Arnheim, Langer) followed by examination on theories of art in general (from mimesis to simulation) is meant to find out the positive side of illusion, to find out two levels of illusions in the experience of the visual realm and also in perception and cognition, which constructs a different world view amongst individuals. Two levels of illusion is proven can both be used as tools of education and politics based on aesthetic differences.