RingkasanPermasalahan lingkungan hidup yang dihadapi manusia semakin
banyak, Iuas, dan kompleks, karenanya semakin mendesak pula
peningkatan partisipasi semua orang dalam pemecahan masalahnya.
Solusi Iingkungan tidak saja harus Iebih holistik, juga perlu ditangani
secara Iintas wilayah/negara, lintas sektoral, Iintas disiplin llmu, dan
oleh seluruh Iapisan masyarakat. Tanggung jawab lingkungan tidak saja global, nasional, lokal dan komunal, melainkan juga sudah harus
disertai tanggung jawab perorangan.
Konsumerisme hijau adalah suatu fenomena sosial yang tumbuh
dengan pesat pada dekade 1980an sebagai artikulasi tanggung iawab
perorangan tersebut. Dalam fungsinya sebagai konsumen, semua orang
mempunyai hak atas Iingkungan hidup yang bersih dan sehat. Selain itu
semua konsumen juga mempunyai tanggung jawab akan dampak
konsumsinya terhadap kerusakan dan penurunan kualitas lingkungan.
Tanggung jawab konsumen ini dapat diartikulasikannya dalam kegiatan
yang secara populer disebut 4R, yaitu reuse (penggunaan kembali),
recycle (daur ulang), reduce (pengurangan konsumsi) dan replace
(mengganti konsumsi dengan yang lebih ramah lingkungan).
Dilaksanakan oleh banyak orang, 4R dapat mendorong peningkatan
tanggung jawab lingkungan para produsen.
Di Indonesia, proses daur ulang limbah secara tradisional telah
berlangsung cukup Iama. Program PEDULl 92 yang diprakarsai Dana
Mitra Lingkungan di Jakarta mencoba melalui berbagai intervensi
meningkatkan kondisi dan kemampuan para pelapak (penampung
limbah dari pemulung) dan bandar (penampung dari pekapak) untuk
mengelola limbah daur ulang lebih baik.
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dengan
intervensi seperti Program PEDULI 92 dapat ditingkatkan kuantitas dan
kualitas Iimbah yang didaur ulang. lngin diketahui apakah dalam jangka panjang adanya intervensi semacam ini ini beban lingkungan dapat dikurangi, penghasilan pemulung dapat ditingkatkan sebagai upaya mengangkat kemiskinan, dan daur ulang limbah dapat menjadi titik masuk pengembangan konsumerisme hijau di Indonesia.
Penelitian dilakukan terhadap 109 responden pelapak dengan sampling
secara acak dan proporsional berdasarkan distribusi populasi di 5
wilayah DKI Jakarta. Penelitian berbentuk wawancara menggunakan
kuesioner dan pengamatan langsung. Juga diadakan penelitian
retrospektif dengan menelaah dokumen-dokumen yang ada serta studi
literatur mengenai konsumerisme hijau dan daur ulang di berbagai
negara.
AbstractEnvironmental problems facing humankind have become more diverse
and complicated, demanding increased popular participation in
implementing solutions. The solutions should be approached not only
holistically, but also : cross-sectoral, transending national boundaries
as well as scientific disciplines and at all levels of community. There
should be individual responsibility as well as global, national, local,
and communal concerns to deal with the issues.
Green consumerism is a social phenomena that emerged rapidly in the
80s as articulation of this individual responsibility. As consumers,
everybody has the right to a clean and healthy environment. At the
same time everybody has responsibility for the impacts of consumption
that could lead to the deterioration of environmental quality.
The consumers' responsibility can be articulated into their daily
activities, which is popularly known as 4R (reuse, recycle, reduce,
and replace). If implemented by a substantial numbers of people,
4R can certainly push environmental responsibility of producers.
ln Indonesia, traditional waste recycling processes has been
present for a long time. PEDULI 92 Program which was initiated by
Dana Mitra Lingkungan in Jakarta, through various means endeavours
to improve conditions and capabilities of the pelapak (a person
who collects waste from scavengers) and bandar (a person who
collects waste from pelapaksl in managing waste recycling).
The main objective of this research is to observe whether the
intervention of a program such as PEDULI 92 in traditional waste
recycling processes can increase the quality and quantity of waste to
be recycled. lt is also to ascertain whether in the long run this
intervention can reduce environmental burden & increase scavengers'
income to improve their quality of life; and whether waste recycling
can become the entry point of green consumerism in Indonesia.
This research involved 109 pelapaks using purposive proportional size
sampling, based on scavengers' population distribution in 5
municipalities of Jakarta.